Selasa, 09 Oktober 2012

HAKEKAT BELAJAR


Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mau menjadi mau, dan lain sebagainya. Namun demikian tidak semua perubahan pasti merupakan peristiwa belajar. Sedangkan yang dimaksud perubahan dalam belajar adalah perubahan yang relatif, konstan, dan berbekas.
Relatif artinya ada kalanya suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan digantii dengan yang baru, dan ada kemungkinan suatu saat hasil belajar terlupakan. Hal ini tergantung dari kebutuhan belajar saat itu, karena belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian relatif tersebut dalam arti tergantung dari perubahan lingkungan.
Konstan dan berbekas maksudnya bahwa perubahan dalam belajar harus menjadi milik pribadi, artinya perubahan itu akan bertahan lama, sehingga bila digunakan akan segera dapat direproduksi. Secara rinci dapat dijelaskan ciri-ciri belajar atau perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah sebagai berikut:
Intensional
Intensional maksudnya disengaja, disadari, dan bukan karena suatu kebetulan. Dengan demikian perubahan yang dimaksud merupakan perubahan yang mempunyai tujuan tertentu. Hanya saja syarat ini tidak mutlak sifatnya, karena kadangkala ada perubahan yang terjadi dengan tidak disadari. Misalnya pengalaman.
Positif
Positif yang dimaksud dalam perubahan ini adalah perubahan harus sesuai yang diharapkan secara normatif atau berdasarkan kriteria keberhasilan. Bila dilihat dari syarat nomer satu sebenarnya perubahan tidak harus positif, asalkan sesuai dengan tujuan. Apapun tujuan tersebut, misalnya belajar mencuri, belajar menyontek, dan lain sebagainya. Namun demikian karena belajar dimaksudkan untuk menuju pada pekembangan anak didik yang positif, maka syarat ke dua ini diperlukan.
Efektif
Efektif yang dimaksudkan adalah perubahan itu harus mempunyai pengaruh dan makna tertentu bagi siswa yang bersangkutan.
Fungsional
Fungsional yang dimaksudkan adalah perubahan harus bersifat relatif tetap, sehingga setiap saat dapat direproduksi.
Ciri-ciri belajar di atas dapat memberi batasan perubahan dalam belajar, yaitu:
Belajar merupakan proses mencapai tujuan, dan bukan hasil atau tujuan.
Proses terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Dalam belajar diperlukan tujuan, bahan pelajaran, perencanaan yang matang, dan kegiatan, di mana guru banyak terlibat langsung.
Perubahan harus menunjukkan perubahan tingkah laku.
Dengan demikian perubahan-perubahan yang tidak memiliki ciri-ciri di atas tidak dapat dikatakan sebagai belajar. Contoh perubahan yang bukan merupakan belajar adalah:
Perubahan karena pertumbuhan jasmanai.
Perubahan akibat kelelahan fisik.
Perubahan karena menggunakan obat.
Perubahan akibat penyakit parah atau trauma.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang belajar, dapat diuraikan pengertian belajar dari beberapa sisi pandang sebagai berikut:
Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maknanya adalah:
Belajar merupakan proses.
Belajar merupakan suatu kegiatan.
Belajar bukan hasil tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, tetapi juga mengalami.
Belajar bukan hanya menguasai latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Maknanya adalah:
Belajar adalah perubahan tingkah laku.
Belajar menitik beratkan pada interaksi individu dengan lingkungan.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penugasan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap, dan nilai-nilai pengetahuan, kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Maknanya adalah:
Proses adalah interaksi antara individu dengan sikap, nilai, atau kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan dalam hubungannya dengan dunia sehingga berubah.
Berubah di sini dalam pengertian yang baik, yaitu dalam bentuk penguasaan, penggunaan, maupun penilaian suatu sikap.
Dari semua pengertian di atas belajar dapat disimpulkan sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.
1.2 Jenis-jenis Belajar
Berbicara jenis-jenis belajar sebenarnya banyak sekali cara-cara pengklasifikasian belajar ini, sehingga jenis-jenis belajar itu dapat dibedakan dengan bervariasi sekali. Untuk itu dalam modul ini akan penulis coba mengambil dari pendapat salah satu ahli untuk mengklasifikasikan jenis belajar.
Sistematika belajar menurut A.De Block adalah sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk belajar menurut bentuk psikis.
Belajar dinamik/konatif.
Belajar dinamik/konatif adalah belajar yang bercirikan bahwa orang itu mempunyai kehendak. Berkehendak suatu aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari atau dihayati
Belajar afektif.
Belajar afektif adalah belajar menghayati nilai dari objek-objek (bisa orang, benda, atau peristiwa) yang dihadapi melalui alam perasaan. Atau dapat dikatakan belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
Belajar kognitif: mengingat, berpikir.
Belajar kognitif adalah belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, dan ini merupakan proses mental. Terdiri dari mengingat dan berpikir. Mengingat dapat dibedakan menjadi dua peristiwa, yaitu rekognisi (mengenal kembali), dan reproduksi (mengingat kembali). Sedangkan berpikir mempunyai syarat harus mengenai pengetahuan yang tepat, berupa fakta. Fakta dan data menjadi bahan baku untuk berpikir.
Belajar sensori-motorik, mengamati, bergerak, berketerampilan.
Belajar sensori-motorik merupakan belajar menghadapi dan menangani objek-objek fisik.
Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari.
Belajar teoritis
Belajar teoritis merupakan data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem.
Belajar teknis.
Belajar teknis atau praktis adalah belajar dalam mengembangkan keterampilan. Belajar teknis dapat berjalan dengan baik apabila jenis belajar yang lain telah dipahami. Atau dapat dikatakan bahwa belajar teknis mempunyai syarat, yaitu belajar fakta, konsep, dan prinsip.
Belajar sosial atau bermasyarakat.
Belajar bermasyarakat adalah belajar untuk hidup bersama.
Belajar estetis.
Belajar estetis adalah belajar untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan.
Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari.
Belajar insedental.
Belajar insidental merupakan belajar sampingan dari belajar yang sebenarnya. Maksudnya adalah dalam belajar sesuatu dengan tujuan tertentu, masih ada hal lain yang dipelajari yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.
Belajar dengan mencoba-coba.
Belajar dengan coba-coba adalah jenis belajar yang didapatkan dengan mencoba-coba. Hal ini biasanya terjadi karena belum ada teori yang mendahului apa yang akan dipelajari.
Belajar tersembunyi.
Belajar tersembunyi adalah jenis belajar di mana yang mengetahui tentang tujuan hanya guru. Siswa tidak tahu bahwa yang ia lakukan adalah suatu yang mempunyai tujuan. Atau dapat dikatakan siswa tidak sadar kalau ia sedang belajar, padahal ia sedang belajar.
Jenis belajar menurut materi
Jenis belajar menurut materi ini sangat penting dalam rangka menentukan jenis pembelajaran yang akan digunakan di sekolah. Untuk itu akan dibicarakan lebih banyak tentang jenis belajar fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.
Belajar fakta/informasi
Informasi sering disebut fakta, pengetahuan, atau isi. Sifat dari bahan informasi ini adalah hafalan, sebab biasanya dipelajari secara hafalan. Contoh dari jenis belajar informasi adalah belajar lambang, kata, istilah, definisi, peraturan, persamaan, perkalian, pernyataan sifat, dan lain sebagainya.
Karena belajar informasi ini dipelajari secara hafalan, maka ada beberapa kerugian dalam belajar jenis ini, antara lain:
Hasil tidak efektif dan sedikit yang dapat dipindahkan ke dalam situasi lain.
Tidak dapat disimpan lama.
Untuk mengurangi kelemahan di atas ada cara untuk mempelajari informasi, antara lain:
Dengan membuatnya ke dalam pola yang bermakna atau ke dalam suatu rangkaian yang logis seperti menggunakan singkatan, akronim, dan cara-cara lain
Membuat bentuk stimulus yang berbeda. Misalnya dengan menunjukkan gambar, model, peta, kunjungan ke objek yang nyata, dan percobaan.
Bahan informasi digunakan apabila bahan tersebut sering kali digunakan. Contoh perkali
Hakikat dan Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu? Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
  • Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
  • Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
  • Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
  • Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
  • Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
  • Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.  Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakikat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
  • Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
  • Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
  • Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
  • Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
  • Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
  • Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
  • Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
  • Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
  • Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
  • Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
  • Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
  • Inhibisi. menghindari hal yang mubazir.
  • Apresiasi, menghargai karya-karya bermutu.
  • Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

Hakekat Pembelajaran menurut para ahli

Sponsor:
Belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah salah satu proses artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kehidupan manusia. Sedikit atau banyak, sengaja atau tidak disengaja, proses belajar selalu terjadi p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada manusia. Manusia tidak hanya menggantungkan diri p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada alam atau instink saja sebagai bentuk untuk menyelematkan diri, tetapi manusia dibekali oleh kemampuan untuk mengolah lingkungan sekitar menjadi suatu bentuk artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bermanfaat. Hasil dari olah kemampuan ini, bisa disebut dengan belajar, akan digunakan untuk proses menyelamatkan diri kelak
P artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada dasarnya kegiatan belajar tidak hanya terjadi di kelas atau suatu ruang tertentu, dan melalui proses belajar mengajar seperti layaknya seorang guru dengan murid. Akan tetapi bentuk kegiatan belajar tidak mengikat, artinya: dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan apa saja. Dimana belajar dapat dilakukan di semua tempat, dapat dilakukan kapan pun tidak terikat waktu, jam atau hari dan aspek artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dipelajari mencakup semua aspek kehidupan, baik manusia sebagai mahkluk individual, sosial, di bidang industri, bidang klinis, bidang sosial dan lain-lain. Dengan kata lain, belajar dapat dilihat dari perilaku manusia.
Perilaku manusia merupakan objek dari ilmu psikologi; sedangkan perilaku belajar manusia merupakan objek dari psikologi belajar. Dalam menerangkan perilaku belajar p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada manusia, psikologi belajar melibatkan aspek-aspek psikologi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain, misalnya : motivasi, perkembangan, inteligensi dan lain-lain.
Selain melibatkan aspek-aspek psikologi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain, ahli-ahli psikologi belajar berusaha menerangkan perilaku belajar p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada menusia melalui teori-teori belajar. Meskipun demikian, tidak dapat dielakkan bahwa banyak pertentangan-pertentangan dari ahli-ahli tersebut. Beberapa pertentang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi karena  perbedaan sudut pandang teori dimana artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada beberapa ahli artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih menitik beratkan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada teori fungsionalisme, namun artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada beberapa ahli artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih suka menggunakan teori behaviorisme. Disisi lain, munculnya aliran-aliran baru artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memperkaya khasanah teori belajar.
Pertentangan lain artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sering menjadi permasalahan antara ahli-ahli psikologi belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah tentang definisi belajar. Definisi tentang belajar akan mengarah ke hakekat belajar. Bab ini akan membahas tentang definisi belajar dari berbagai ahli, dan arti penting belajar.
DEFINISI LEARNING

  • Menurut American Heritage Dictionary (Bower & Hilgard, 1981)
    To learn (verb)

    • To gain knowledge, comprehension or mastery through experience or study
    • To fix in the mind or memory; memorize
    • To acquire through experience
    • To become informed of ; to find out

To know (verb)

    • To perceive directly, the sense of mind; apprehend with clarity or certainty
    • To be certain of; accept as true beyond doubt
    • To have a practical, understanding through experience with something
    • To experience to be subjected to
    • To have firmly secured in the mind or memory
    • To be able to distinguish, recognize, discern
    • To be acquainted or familiar with
  • Menurut Bower & Hilgard (1981)
    Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation or temporary state (such as fatigue, drunkenness, drives and so on)
  • Cronbach (Suryabrata, 1984)
    Learning is shown by a change in behavior as a result of experience
  • Spears (Suryabrata, 1984)
    Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction
  • Hilgard (Suryabrata, 1984)
    Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors no attributable to training
  • McGeoh (Suryabrata, 1984)
    Learning is a change in performance as a result of practice
  • Menurut Weiten (1992)
    Learning refers to a relatively durable change in behavior or knowledge that is due to experience
  • Menurut Irwanto dkk (1994)
    Belajar secara sederhana dikatakan sebagai :

    • proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu
    • artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi dalam jangka waktu tertentu
    • perubahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi itu harus secara relatif bersifat menetap (permanen)
    • dan tidak hanya terjadi p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada perilaku artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang saat ini nampak (immediate behavior) tapi juga p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada perilaku artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior)
    • perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman

perubahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi karena pengalaman berbeda dengan :

    • masakan (maturity),
    • kerusakan fisik,
    • sebab  lain  artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang  menyebabkan  perubahan non  permanen  misal : lelah, ngantuk, dsb
  • Menurut Kimble 1967 (Hergenhahn, 2001)
    Learning is a relatively permanent change in behavioral potentiality that occur as a result of reinforced practice
  • Menurut Kimble-Revisi (Hergenhahn, 2001)
    Learning is a relatively permanent change in behavior or in behavior potentiality that results from experience and cannot be attributed to temporary body states such as those induced by illness, fatigue or drugs
KESULITAN MEMAHAMI HAKEKAT LEARNING
Definisi belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dikemukakan oleh ahli sudah banyak, meskipun demikian masih sulit untuk mengetahui hakekat belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena :
  1. Definisi learning artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang beraneka ragam
    Hal ini bisa dilihat dari berbagai arah definisi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dikemukakan oleh para ahli. Ada beberapa ahli artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih memfokuskan definisi belajar p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada proses belajar, disisi lain artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada beberapa ahli artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memfokuskan definisi belajar p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada produk/hasil dari belajar tersebut.
  2. Interpretasi fenomena di sekitar learning
    Jika ditelusuri lebih jauh, bahwa definisi-definisi belajar artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah dikemukakan oleh ahli berasal dari sudut pandang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berbeda. Ada beberapa tokoh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih memfokuskan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada fenomena artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tampak, disisi lain juga artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada beberapa tokoh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lebih memfokuskan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada proses mental artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terjadi selama belajar terjadi.
Mengapa harus “belajar’?
Salah satu hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang membedakan antara manusia dengan mahkluk lain artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah perilaku. Perilaku hewan mulai dari generasi ke generasi tetap sama, yaitu mendasarkan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada instink. Hewan tidak mempunyai kemampuan untuk mengolah semua stimulus artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang datang menjadi sesuatu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berarti. Hewan hanya mengandalkan kepekaan indra untuk mengh artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adapi semua situasi.
Manusia, sebagai mahkluk artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mempunyai kemampuan untuk mengolah stimulus artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang datang, dimana hasil olahan dari kemampuan tersebut akan digunakan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada saatnya. Sehingga perilaku manusia akan berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan situasinya. Tidak dapat dielakkan bahwa manusia juga mempunyai instink, tetapi instink akan menghilang atau memudar seiring dengan perkembangan. Manusia artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang semula mahkluk lemah, tidak bisa melakukan respon artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berarti karena tidak dibekali oleh “persenjataan” seperti artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dimiliki oleh hewan misalnya cakar, bisa dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia harus mengolah kemampuannya untuk bisa tetap bisa hidup atau survival di lingkungannya.
Dalam hal ini istilah homeostatic mechanism tidak lagi diarahkan ke keseimbangan biologis, seperti makan, minum, kehidupan seksual dan lain-lain. Tetapi istilah homeostatic berkembang mengarah ke keseimbangan psikologis. Misalnya : bagaimana caranya tetap hidup di dalam lingkungan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang penuh dengan tekanan, bagaimana bisa mempertahankan prestasi dan lain-lain. Oleh sebab itu, manusia harus mempelajari hal-hal artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang baru, dan mengolahnya menjadi sesuatu artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bermanfaat, dan akan digunakan kelak jika diperlukan.

Di bawah ini beberapa pengertian belajar menurut ahli pendidikan sebagai berikut:
1. Menurut Suprayekti (2004), bahwa belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.
2. Menurut Hudoyono (1990), bahwa belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan/keterampilan sehingga mampu mengubah tingkah laku itu menjadi tetap tidak berubah lagi dengan modifikasi yang sama.
3. Menurut Hamalik (1983), mengatakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.
4. Menurut Winkel (1987), mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktivitas mental dengan lingkungan yang menghasilkan proses perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai sikap.
5. Menurut Slameto (2001), memberikan suatu pengertian bahwa belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Belajar akan membawa perubahan tingkah laku.
2. Dengan belajar seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru.
3. Perubahan tingkah laku dan pengetahuan itu diperoleh melalui suatu usaha atau pengalaman.



TUJUAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI

Pada garis besarnya orang mempelajari ilmu jiwa adalah untuk menjadikan manusia supaya hidupnya baik,bahagia dan sempurna. Test Binet kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh ahli-ahli lain antara lain oelh Stern,Terman Merril dan sebagainya.

Salah satu revisi yang terkenal ialah dari Terman untuk dipakai di Amerika yang terkenal dengan “standford Revision” dan sering disebut test inteligensi Stanford - Binet. Dan masih banyak test - test yang lain, misalnya test Rorschach, test Kreeplin, test T.A.T.

Test dapat dibedakan atas bermacam - macam jenis yaitu:

1. Menurut banyaknya orang yang di-test, test dapat dibedakan atas:
  • Test perorangan (individual), yaitu test yang diberikan secara perorangan.
  • Test kelompok, yaitu merupakan test yang diberikan secara kelompok.
2. Berdasarkan atas peristiwa - peristiwa kejiwaan yang diselidiki, maka test dapat dibedakan atas :
  • Test pengamatan

Dari uraian diatas dapat kita kesimpulan, bahwa manfaat dan tujuan mempelajari ilmu jiwa adalah:
  • Untuk memperoleh faham tentang gejala - gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak - anak p[ada khususnya.
  • Untuk mengetahui perbuatan - perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
  • Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
·         Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
·         1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
·         Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
·         2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
·         Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
·         3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
·         Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
·         4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
·         Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
·         5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
·         Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
·         6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
·         Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
·         7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
·         Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

1)untuk lebih mengenal diri sendiri
2) lebih mengerti dan memahami orang lain.
3) bisa memecahkan masalah sendiri
4) membantu memecahkan masalah orang lain
5) lebih luwes bergaul dg orang lain
6) untuk lahan mencari nafkah
7) mengurangi orang-orang stress
8) beribadah kpd Yang Maha Kuasa,dsb.
Dengan melihat perkembangan keilmuan pada hari ini, tampaklah bahwa psikologi telah menjadi salah satu jantung ilmu-ilmu sosial, sehingga dikaji dan ditafsir ulang terus menerus. Ilmu jiwa kebanyakan orang mengartikan demikian; yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesenya maupun latar belakangnya.
Plato (427-347 SM) pernah membicarakan mengenai dualitas manusia sebagi jiwa (Psyche) dan tubuh. Analogi yang diberikan: jiwa adalah seorang “sais” yang mengendarai dua kuda yang bersayap. Sehingga jiwa manusia mengandung tiga bagian yakni; “akal – keberanian (kemauan) – nafsu”.
Abu Ahmadi (2003) dalam bukunya Psikologi Umum, memberikan kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Sebenarnya seluruh pendapat teoritikus mengenai psyche tersebut hanya ada satu hal yang pasti: tubuh (beserta tingkah lakunya). Adapun teori mereka atas apa yang terdapat di balik tubuh merupakan tafsir atas tubuh tersebut. Selanjutnya, sebatang tubuh “dengan otak di dalamnya yang sering kali dianggap sebagai ruang kendali”, merupakan obyek pengamatan dimana gerak-geriknya menjadi sumber penafsiran atas kesadaran, ketaksadarannya, kompleks, dan kepribadian yang akan membentuk sebuah bangunan besar bernama psyche.
Selanjutnya, jika Pendidikan (dalam arti luas) dapat mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangannya secara optimal sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu.
Dilain pihak pendidikan adalah :
a. Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
b. Proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Namun yang paling inti bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk seluruh proses dan interaki individu dengan lingkungannya dalam rangka menumbuh kembangkan potensi-potensi dasar yang terpendam dalam diri manusia untuk prilaku lahir dan batin, dalam berbagai persoalan hidup secara terarah.
Dari uraian di atas dapat dipahami secara sederhana bahwa psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Lister D. Crow dan Alice Crow, P.Hd. mendefinisikan psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahun praktis yang berusaha untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.
Dari uraian di atas dan bedasarkan beberapa literatur yang ada dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa psikologi pendidikan berusaha mengungkap dan mempelajari dengan teliti tentang individu, kapasitas, dan perlengkapannya, juga perihal lingkungan dan kegiatan-kegiatan (reaksi-reaksi) yang ada hubungannya dengan pendidikan seseorang.
2. Tujuan dan manfaat psikologi pendidikan
Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan, antara lain :
a. Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
b. Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalah hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya
c. Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa¸tujuan dan manfaat studi psikologi pendidikan. Mencakup dua dimensi, yaitu :
a. Bagi Individu, bermanfaat secara materiil, formil dan praktis.
b. Bagi sosial, (dalam prinsip-prinsip) :
b.1. Homo socious / social being, manusia tidak akan menjadi manusia tanpa adanya manusia lain.
b.2. Saling mengerti atau memahami
– Tentang bakat seseorang
– Tentang hoby seseorang
– Kecerdasan seseorang, dll
b.3. Saling berusaha menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini apa yang diinginkan oleh peserta didik akan mudah dimengerti oleh guru.
3. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan.
Dari berbagai literatur yang ada, kemungkinan yang dapat mewakilkan pokok-pokok kajian psikologi pendidikan, Antara lain :
a. Pengetahuan tentang “psikologi pendidikan”
b. Pentingnya psikologi pendidikan
c. Hereditas
d. Lingkungan fisiologis
e. Pertumbuhan dan perkembangan
f. Sifat dan hakekat kejiawaan manusia
g. Proses-proses tingkah laku
h. Hakekat dan ruang lingkup belajar
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
j. Prinsip-prinsip dan teori-teori belajar
k. Pengukuran dan eveluasi hasil belajar
l. Transfer belajar atau latihan
m. Teknik-teknik pengukuran dan evaluasi
n. Statistik dasar
o. Kesehatan mental
p. Pendidikan watak
q. Apabila psikologi pendidikan dalam metodolgi pengajaran modern
Dipandang dari sudut pandang garapannya, psikologi meliputi; gejala-gejala kejiawaan (kognisi, emosi, kognasi) dan campuran, disamping intelegensi, sugesti, kelelahan, dll. Sehingga akhirnya timbul adanya psikologi belajar, psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, psikologi abnormal.
Bila dilihat dalam beberapa literatur lain, ruang lingkup yang dihadirkan tidak jauh beda, dan dapat dikatakan bahwa perihal belajar merupakan sentral pembahasan dalam studi psikologi pendidikan.
4. Berbagai Teori Dalam Konteks Psikologi Pendidikan
Dalam membahas tentang teori, tentunya sangat terkait dengan beberapa aliran yang melahirkannya dari hasil berbagai eksperimen yang telah dilakukannya. Maka dari itu yang dihadirkan disini tentulah berkaitan dengan aliran-aliran yang ditemukan dalam berbagai literatur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar