Selasa, 09 Oktober 2012

Makna Jihad Fi Sabilillah


Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang Maha Kuasa yang telah memberi kita nikmat yang banyak dan besar, yang apabila kita menghitungnya maka tidak akan pernah sanggup kita menghitungnya, terutama nikmat Iman dan Islam serta nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang berbahagia ini.
Shalawat beriring salam kita hadiahkan ke pangkuan Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, shahabat, tabi’ tabi’in dan para pengikut setia di jalannya, dan insya Allah kita termasuk di antara mereka.
Hadhirin dan hadhirat yang insya Allah dimuliakan Allah. Pada kesempatan ini kita akan sama-sama mengkaji tentang “Nikmatnya Berjuang Di Jalan Allah”
Berjuang dijalan Allah, dalam bahasa Al Qur’annya Jihad fiisabilillah adalah suatu kegiatan atau aktifitas mulia yang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an. Sayang pengertian Jihad akhir2 ini sering diselewengkan dengan pengertian yang negatif. Ada istilah laskar Jihad, Komando Jihad dan lain sebagainya yang dikaitkan dengan kegiatan teroris, sehingga ada sekelompok orang yang alergi dengan istilah Jihad fiisabililah. Dasar dan perintah untuk melaksanakan Jihad fiisabilillah dapat kita temui dalam surat As Shaf 10-12 :
                            
10.  Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan    yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
11.  
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
12.  niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
(As Shaff 10-12)
Allah memerintahkan orang yang ber-Iman untuk berjihad (berjuang) dijalan Allah dengan harta dan diri mereka. Jika tidak mampu dengan harta dan diri, berjuanglah dengan harta saja atau dengan diri (badan) saja. Orang yang mempunyai harta namun tidak punya waktu silahkan berjuang dengan hartanya. Orang yang tidak punya harta namun mempunyai banyak waktu dan keahlian silahkan berjuang dengan badannya sendiri. Orang yang punya harta akan membiayai orang yang tidak punya harta, sementara para ahli dan orang yang memiliki waktu banyak akan menerima pembiayaan dari para hartawan tersebut, itulah sinergi antara orang yang mempunyai harta dengan orang yang tidak memiliki harta dalam jihad fiisabilillah.
Hadhirin yang dirahmati Allah.....
Jihad fiisabilillah bukan hanya berperang melawan musuh atau orang yang kafir, jihad fiisabilillah memiliki pengertian yang lebih luas dari itu. Dalam salah satu peperangan para sahabat mengatakan : Kita baru saja menyelesaikan Jihad yang besar. Rasulullah membantah: Tidak, kita baru saja menyelesaikan jihad yang kecil untuk menghadapi Jihad yang lebih besar, yaitu jihadun nafsi (perjuangan menghadapi hawa nafsu).
Pada dasarnya semua aktifitas dan usaha yang dilaksanakan dalam rangka mencari Ridho Allah, mensiarkan Agama Allah, menegakan kalimat tauhid, memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah, bisa dimasukan kedalam kegiatan jihad fiisabilillah. Semua usaha yang dilakukan seseorang dalam rangka jihad fiisabilillah adalah untuk kemaslahatan diri mereka sendiri, bukan untuk Allah. Allah maha kaya, dia tidak butuh kepada manusia. Ia tetap sebagai penguasa alam semesta walaupun manusia tidak menyembahNya, ini dinyatakan Allah dalam firmanNya pada surat Al Ankabut ayat 6 :


6- Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Al Ankabut 6)
Allah akan membebaskan orang yang melakukan jihad dijalan-Nya dari azab yang pedih dan berbagai kesulitan, mengampuni dosa dosanya dan memasukan mereka kedalam taman syurga yang mengalir sungai sungai dibawanya sebagaimana disebutkan dalam surat As-Shaf diatas. Para sahabat dizaman Rasululah sangat mencintai kegiatan Jihad fiisabilillah ini, mereka bersungguh sunguh berjuang dijalan Allah dengan harta dan diri mereka.
Hadhirin Yang Mulia.....
Di Negra Indonesia tercinta yang saat ini tidak terlibat peperangan dengan musuh ataupun orang kafir, banyak hal yang bisa kita kerjakan dalam rangka Jihad fiisabilillah. Di mulai dari diri dan keluarga kita masing masing. Usaha untuk membebaskan diri dan keluarga dari jerat kemiskinan, kebodohan, ketakutan, kegelisahan, yang dilakukan karena Allah sudah merupakan jihad fiisabilillah. Bekerja, berniaga, untuk membebaskan diri dari jerat kemiskinan, menuntut ilmu atau mengajar yang dilakukan untuk membebaskan diri dan lingkungan dari kebodohan serta berusaha meraih jabatan atau kekuasaan dalam rangka mengamankan diri dan lingkungan jika dilakukan karena Iman dan mencari ridho Allah juga sudah termasuk dalam kegiatan jihad fiisabilillah. Semua aktifitas sehari hari yang dilakukan dalam rangka mencari karunia dan ridho Allah, yang dilakukan dengan harta saja, badan saja atau dengan harta dan badan merupakan kegiatan jihad fiisabilillah, yang insya Allah akan mendapatkan balasan sesuai dengan janji-Nya dalam surat As Shaf diatas.
Hadhirin.........
Yang pertama adalah Berjihad di jalan Allah dengan harta
Para sahabat dizaman Rasulullah sangat mencintai kegiatan jihad fiisabilillah. Umar bin Khatab ra meriwayatkan bahwa pada satu ketika Rasulullah memerintahkan para pengikutnya untuk berinfak dijalan Allah membiayai peperangan melawan kaum Musyrikin Mekah. Umar berfikir biasanya Abubakar ra selalu berinfak lebih besar dari dirinya. Ia kembali kerumah dan berniat ingin mengalahkan Abu bakar dalam berinfak. Umar menyisihkan separuh hartanya untuk keluarganya dan membawa yang separuh lagi untuk diberikan kepada Rasulullah. Nabi saw bertanya kepada Umar : Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu ya Umar? . “ Ada ya Rasululah” jawab Umar. Nabi saw bertanya lagi : ”Berapa banyak yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Umar menjawab:” Saya tinggalkan untuk keluargaku separuh dari harta saya”. Kemudian datanglah Abubakar ra, Nabi saw bertanya : ”Wahai Abubakar, apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Abubakar menjawab:”Saya tinggalkan bagi keluargaku Allah dan RasulNya”. Maksudnya Abubakar telah menginfakkaan semua hartanya untuk keperluan jihad fiisabilillah, dan meninggalkan keluarganya bersama Allah dan RasulNya. Umar bi Khatab tercengang dan berkata: ” Aku tidak akan dapat mengalahkan amal Abubakar .
Abu Thalhah ra adalah seorang anshar yang memiliki kebun kurma terbanyak dan terbesar di Madinah. Salah satu kebunnya yang terbesar bernama “Biruha”. Kebun inilah yang paling disukainya, letaknyapun berdekatan dengan Masjid Nabawi, airnyapun mudah diperoleh dan mengalir dengan deras. Kebun ini aman dari gangguan, Rasulullahpun sering mampir duduk dan minum air dikebun tersebut. Pada satu ketika turunlah surat Ali Imran ayat 92 sebagai berikut:
Tatkala mendengar ayat tersebut, Abu Thalha ra langsung menemui Rasulullah dan berkata: ” Ya Rasulullah, yang paling saya cintai adalah kebun “Biruha”dan Allah telah berfirman bahwa kita belum akan mendapat kebajikan sebelum menafkahkan apa yang paling kita cintai dijalan Allah. Saya ingin menginfakkan kebun saya ini untuk fiisabilillah”. Rasulullah berkata: ” Sungguh ini suatu yang menggembirakan, banyak orang yang memerlukan harta ini”. Rasulullah menyarankan Abu Talhah untuk membagikan hartanya itu kepada karib kerabatnya yang membutuhkan. Demikianlah Abu Talhah kemudian membagikan kebunnya itu kepada karib kerabatnya yang masih hidup dalam kemiskinan.
Mudah-mudahahan banyak diantara kita yang telah diberikan Allah nikmat harta cukup dan berlimpah terketuk hatinya untuk berinfak menyumbangkan hartanya dijalan Allah sebagaimana telah dicontohkan oleh para sahabat diatas. Allah tidak akan pernah menjadikan orang yang rajin berinfak dan bersedekah menjadi miskin dan papa karenanya. Bahkan Allah telah banyak memperlihatkan betapa para hartawan yang kikir tidak mau berinfak dijalan Allah akhirnya jatuh bangkrut dan hidup dalam kehinaan. Allah akan melipat gandakan pahala orang yang berinfak sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah 261 :


261- Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.( Al Baqarah 261)
Infak dan sodaqoh adalah pupuk yang akan menyuburkan harta orang mukmin, Allah tidak pernah mengingkari janjinya. Apa yang dijanjikan Allah pasti dipenuhi.
Hadhirin rahimakumullah, itu yang pertama, selanjutnya adalah
Berjihad dengan badan dan diri
Banyak orang yang ingin ikut berjuang dijalan Allah, namun apa daya mereka tidak punya harta yang cukup untuk diinfakan. Berjuang dijalan Allah tidak terbatas hanya dengan harta saja. Setiap orang bisa berjuang dijalan Allah dengan fisik dan badan saja. Usaha beribadah, mendekatkan diri pada Allah dengan kegiatan sholat, puasa, dzikir, tasbih, menuntut ilmu, bekerja dan berniaga, berdakwah, menegakkan syi’ar Agama dan lain lain merupakan kegiatan jihad dengan badan yang tidak memerlukan biaya besar. Betapun miskinnya seseorang, ia bisa melakukan kegiatan tersebut.
Mereka bisa saja mejalankan kegiatan jihad seperti berdakwah, mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu lainnya, menegakkan syi’ar Islam yang memerlukan dana dengan biaya sendiri atau dari saudaranya yang memiliki harta cukup. Disinilah diperlukannya hidup bermasyarakat dan berjamaah dalam Islam. Saling tolong menolong dalam melakukan kegiatan jihad fiisabilillah. Allah sangat mencintai orang yang bekerjasama bahu membahu dalam melakukan kegiatan jihad fiisabilillah sebagaimana disebutkan dalam surat As Shaff 4:


4- Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.(As Shaff 4)
Dewasa ini banyak kita temui para Ustadz dan Mubaligh yang berjuang menyampaikan dakwah, tertatih tatih dengan biaya seadanya. Mereka berjuang dengan badan dan dirinya sekuat yang bisa mereka lakukan, kadangkala mereka kelelahan . Ketika mereka atau salah satu anggota keluarga mereka menderita sakit mereka kesulitan memenuhi biaya untuk berobat diri maupun keluarganya. Sungguh berbeda dengan para pendeta dari agama lainnya yang mendapat dukungan dana yang kuat dari umatnya. Para ustadz dan Mubaligh kita didaerah tertinggal dan daerah pedalaman harus berjuang dengan kesanggupan sendiri, bersaing dengan para pendeta yang didukung dengan dana yang kuat dari umatnya.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah sebenarnya sangat dibutuhkan sinergi antara mereka yang mempunyai harta dengan mereka yang hanya memiliki ilmu dan keterampilan. Jika kekuatan ini bisa digabungkan insya Allah kemashlahatannya akan bisa kita nikmati bersama.
Kemudian hadhirin sekaian setelah itu adalah: Berjuang dijalan Allah dengan harta dan diri
Tidak banyak orang yang bisa melakukan kegiatan ini. Kegiatan tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu, keterampilan dan harta cukup. Ia bisa berjuang dengan harta dan dirinya, tidak bergantung pada bantuan dan pertolongan orang lain. Bahkan mereka yang memiliki kemampuan leadership mampu menggerakan orang lain dengan harta dan keterampilan (ilmu) yang dimilikinya nya untuk berjuang dijalan Allah.
Kita juga banyak menemukan orang yang telah mapan dari segi ekonomi dan keilmuannya, yang berjuang dijalan Allah dengan harta dan dirinya. Mereka cukup disegani oleh lawan dan kawan. Kita kenal beberapa tokoh yang memiliki tahap kehidupan cukup namun mereka juga gigih dalam usaha dakwah dan syi’ar Islam. Ambil saja contoh seperti Dr Ary Ginanjar dengan ESQnya, Ust H Yusuf Mansyur dengan wisata Rohaninya, KH AA Gym dengan Darut Tauhidnya, KH Arifin Ilham dengan Dzikirnya, dan banyak lagi tokoh lainnya.
Dan yang terakhir adalah:   Berjuang dijalan Allah melalui media
Disamping berdakwah dengan lisan, kita bisa berdakwah dengan memanfaatkan media cetak dan elektronik. Banyak teman teman yang berjuang dengan memanfaatkan media cetak, menerbitkan majalah dan koran yang bernuansa dakwah seperti majalah Sabili, Hidayatullah, harian Republika dan lain sebagainya. Banyak juga yang berdakwah dengan memanfatkan sarana Siaran radio, namun sayang belum ada yang mampu mendirikan stasiun TV sendiri untuk media dakwah. Dahulu KH AA Gym pernah bercita cita untuk mendirikan MQTV untuk kegiatan dakwah, namun sampai sekarang belum terealisir.
Salah satu media elektronik yang dapat dimanfaatkan untuk media dakwah adalah WEB dan Blog. Banyak juga diantara saudara kita yang berusaha membuat blog dakwah, menyampaikan ajaran Islam melalui media internet.

Demikianlah kajian kita tentang “Nikmatnya Berjuang Di Jalan Allah”. Semoga dengan kajian ini dapat memberi pencerahan bagi kita semua tentang apa itu jihad. Akhirnya Kepada Allah SWT saya memohon ampun dan kepada hadhirin semua saya meminta maaf bila ada kesalahan dan kekhilafan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar