Setiap perintah dan larangan dari
Allah selalu memberikan kebaikan dan hikmah bagi hamba Nya. Hanya saja kita kadang belum mampu menemukan dan mendapatinya.
Perintah sholat, puasa, zakat, haji, shadaqah, menikah, bersuci, dan lain-lain mempunyai
hikmah dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Demikian juga dengan larangan-larangan Allah mempunyai hikmah yang luar biasa,
seperti larangan berzina, mabuk-mabukan, judi, mencuri, membunuh dan lain
sebagainya.
Termasuk dalam hal perintah menjalankan qurban.
Ibadah qurban sudah Allah syariatkan sejak Nabi Adam as, kemudian Nabi
Ibrahim as dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Qurban adalah salah satu
bentuk keshalehan dan kepedulian sosial umat Islam. Qurban bukan untuk
bermegah-magah dengan menyembelih sapi atau kambing, tapi ibadah qurban adalah lembang ketaqwaan hamba kepada
Nya. Dalam surat al-Hajj: 37 Allah berfirman:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ
فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ
جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ
سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36) لَنْ يَنَالَ اللَّهَ
لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ
سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ
الْمُحْسِنِينَ (37)
Artinya: “Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu
bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan daripadanya.
Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu menyembelihnya) dalam keadaan berdiri dan
(kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah
sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada
padanya(tidak memninta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami
tundukkan (unta-unta) untukmu, agar kamu bersyukur. Daging (hewan qurban)
dan darahnya sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai
kepada Nya adalah ketaqwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya kepadamu
agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-
Hajj: 36-37)
Ayat di atas mengandung pengertian:
1. Menyembelih hewan qurban (unta,
sapi atau kambing) dengan menyebut nama Allah dan kakinya dalam keadaan
terikat.
2. Sebagian daging qurban untuk shahibul
qurban dan sebagiannya lagi untuk dibagi-bagikan kepada orang yang mampu
dan fakir miskin
3. Bukan daging dan darah qurban itu
yang akan sampai kepada Allah, tetapi ketaqwaan hamba Nya yang menentukan
kualitas qurbannya.
4. Hewan ternak yang diqurbankan adalah karena kehendak Allah yang telah menundukkanya untuk
disembelih oleh manusia.
Di antara hikmah yang dapat kita
jadikan pelajaran dalm syariat qurban, adalah:
1. Keikhlasan dan ketulusan.
Yang sangat mengagumkan dari
peristiwa sejarah qurban Nabi Ibrahim adalah keikhlasan dan ketulusan dalam
menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa berat hati, beban, ataupun ketidaktulusan
dalam menjalankan perintah Allah
Kita bisa membayangkan betapa
berat hati seorang ayah yang menanti kehadiran buah hati bertahun-tahun
lamanya. Ketika anak itu hadir dan beranjak remaja, Allah memerintahkan untuk
disembelih.
Manusiawi Nabi Ibrahim merasa berat
ketika mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yaitu nabi
Ismail. Tapi kecintaan, keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah jauh
lebih besar daripada kecintaan terhadap anak, istri, harta, bahkan dunia dan
seisinya, menjadikan perintah yang terasa berat tersebut terasa ringan, juga di
sisi lain Nabi Ibrahim yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka dan
Allah akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
2. Kesabaran
Perintah untuk menyembelih
Ismail merupakan suatu peristiwa luar biasa yang membutuhkan tingkat kesabaran
yang luar biasa. Kesabaran yang luar
biasa ini bukan hanya dimiliki oleh Nabi
Ibrahim saja, tetapi dimiliki oleh seluruh keluarga, baik anaknya sebagai orang
yang menjadi qurban, ataupun istrinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan
anak yang akan diqurbankan.
3. Ketaatan
Qurban adalah lambang
keluarga yang utuh dalam ketaatan kepada Allah. Nabi Ibrahim lambang imam yang
sholeh dalam keluarga mau mengurbankan anak yang sangat dicintai dan
dinanti-nantikan kehadirannya ke muka bumi karena ketaatannya kepada Allah.
Nabi Ibrahim lebih memilih ketaatannya kepada Allah daripada dunia dan
seisinya.
Nabi Ismail potret anak sholeh
yang tidak pernah melawan orang tua. Ketika Nabi Ibrahim menyampaikan perintah
Allah dalam mimpinya untuk menyembelih Ismail, anak yang sholeh ini menjawab: “Jika
itu perintah Allah laksanakanlah wahai ayahku. Sesungguhnya engkau akan
mendapatiku bersama orang-orang yang sabar.”
Sabar dalam ketaatan.
Siti Hajar role model istri
sholehah yang sangat taat kepada Allah dan suaminya. Bayangkan dengan bayi yang
masih merah harus menjalani hidup seorang diri di tengah lembah yang tandus,
tidak pernah mengeluh karena yakin Allah akan menolongnya. Ketika Ismail akan
disembelihpun Siti Hajar tidak menahan dan menentangnya. Siti Hajar ikhlas
karena ketaatannya kepada Rabb nya.
4. Keimanan
Ketaatan adalah buah dari
keimanan, keimanan hadir dari keyakinan, dan keyakinan tumbuh karena adanya
hujjah dan pembuktian. Keimanan keluarga Nabi Ibrahim merupakan keimanan yang
didasarkan pada keyakinan yang dalam karena mereka telah melihat bukti nyata
tentang eksistensi Tuhan yang diyakini dan diimaninya.
5. Mewujudkan keshalehan sosial
Qurban adalah wujud rasa peduli
dan empati kepada sesama. Jika menyambut hari Raya Idul Fitri rasa empati
terhadap fakir miskin dengan pembagian zakat fitrah, maka di hari Raya Idul
Adha rasa simpati dan empati terhadap sesama dengan pembagian daging qurban.
Keshalehan individu dengan
melaksanakan ibadah-ibadah mahdhah yang bersifat individual dan
manfaatnya pun dirasakan secara individu. Ibadah qurban adalah ibadah yang bisa
dinikmati secara individu dan bisa juga dinikmati oleh semua orang.
Wallahua’lam...semoga bermanfaat