Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya
setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat
berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan
berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana
semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan
kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita
sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan
sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan
diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa
berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak
mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan
bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada
makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah,
serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat
tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu
kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.
Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu
kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’alaPencipta
alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para
pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan
mencari keridhoan Allah dan
rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan
segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.
Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah
tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama
dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala.
Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing
dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana
firman Allah (artinya):
“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati
orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)
BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH
TANGGA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut
dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai
sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan
tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallammaupun
secara amaliah, yakni dengan
perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamsenantiasa
menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu
membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling
mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan,
sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ
أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ
أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara
yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang
bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling
atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya),
pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak
membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para
wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi.
Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammembimbing
para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan
cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam
menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ
أَعْوَجَ
yakni “jika kalian para suami tidak menasehati
mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan
keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta
mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok
sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap
nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini
dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan
cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi
siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)
Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih
suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan
adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.
DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG
SAKINAH
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan
memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’alaberfirman
(artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa)
akan (menjadi) tenang.”(Ar Ra’d: 28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:
أَسْتَغْفِرُالله ,
dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat,
sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang
hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa),shodaqoh,
dan lain-lain.
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan
mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu
wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi.
Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairahradhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka
yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca
maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya
Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
Demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan
tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam.
Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga
Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar