BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikhwanul
Muslimin sering hanya disebut Al-Ikhwan adalah salah satu jamaah dari umat
Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah SWT, hidup di bawah
naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW, dan
diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan
yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam
akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan
politik.
Di
kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia
.
Ikhwanul
Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia
merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang
memandang bahwa Islam adalah
dien yang universal dan menyeluruh, bukan
hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat,
dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah
mewujudkan terbentuknya sosok
individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang
Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan
kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad
dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran
Islam. Namun sayang sekali ajaran shufi kental sekali memengaruhi
organisasi ini. Ikhwanul Muslimin menolak segala
bentuk
penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Dalam
perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin juga ikut serta dalam proses
demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang
mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang
mengikuti proses pemilu di negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Jamaah Ikhwanul Muslimin?
2.
Bagaimana Pemikiran Ikhwanul Muslimin?
3.
Bagaimana karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimin?
4.
Bagaimana pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dunia?
C. Tujuan
1.
Mengetahui sejarah berdirinya Ikhwanul Muslimin
2.
Mengetahui pemikiran Ikhwanul Muslimin
3.
Mengetahui karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimin
4.
Mengetahui pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dunia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Jamaah
Ikhwanul Muslimin
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri
di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri organisasi ini adalah Hassan
al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad
al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki
al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna.
Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada
Rapat Umum Ikhwanul Muslimin yang diselenggarakan pada 24 September 1930.
Selanjutnya, pada tahun 1932,
struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula,
Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada
tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh
Muhibuddin Khatib.
a. Periode tahun 1930-1948
Pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi
Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin
bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan
Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, yang merupakan hasil seleksi
dari Hassan al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta terlibat
dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang
pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana
Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama
setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul
Muslimin.
b. Periode tahun 1950-1970
Secara misterius, pendiri
Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12
Februari 1949. Kemudian, pada tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi
organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh
Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul
Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950
dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi.
Selanjutnya, pada tanggal 23 Juli
1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul
Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada
peristiwa Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini,
dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang
dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal
ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat
revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
c. Periode tahun 1970-masa kini
Ketika Anwar Sadat mulai
berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan.
Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani
memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Kemudian Umar Tilmisani menempuh jalan
moderat dengan cara tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak juga
menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai
oposisi di Parlemen Mesir.
B. Pemikiran Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam
berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah
yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi
ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja.
Sementara itu, dalam perpolitikan di berbagai
negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana
kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul
Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara
tersebut.
Prinsip Ajaran Ikhwanul Muslimin
Beberapa prinsip yang termaktub
dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya saw yang harus dipegang teguh oleh insan
muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan umat Islam adalah:
1. Rabbaniyah; segala orientasi
individu, sosial atau negara, segala perbuatan,
perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen dengan apa yang diridhai
Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
2. Menjaga jati diri manusia dari
hal-hal yang dapat membuat Allah murka, mulia dari segala yang rendah, dan
berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlas).
3. Beriman pada hari berbangkit, hisab,
pembalasan dan siksa.
4. Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia
dan melaksanakan hak-haknya.
5. Perhatian
dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang tidak dapat dipisahkan
dalam membangun masyarakat, komitmen dengan kesempurnaan, persamaan, dan
menegaskan akan pentingnya peran keduanya dalam pembangunan dan kemajuan
masyarakat.
6. Kemerdekaan,
kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan mendapatkan
ketenangan adalah hak mendasar setiap warga, di bawah naungan keadilan,
persamaan dan undang-undang secara adil.
7. Nilai-nilai
dan akhlaq merupakan jaminan ketenangan dan tegas dalam memerangi kemungkaran, kerusakan dan
pengrusakan.
8. Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus
diwujudkan dan direalisasikan.
9. Jihad
merupakan jalan satu-satunya bagi umat.
10. Umat yang berambisi menggapai ridha ilahi
dalam perilaku dan perbuatan, politik dan orientasi, setiap individu bangga
dengan ikatan ukhuwah yang dapat menyatukan dan menyambung tali persaudaraan di
antara mereka, berusaha untuk hidup dengan bebas tidak pengkebirian dan
penindasan, pemahaman yang utuh, kesadaran dan keseriusan dalam merealisasikan
prinsip-prinsip.
C. Karakteristik Dakwah Ikhwanul
Muslimin
Karakteristik Jamaah Ikhwanul Muslimin
yang
membedakannya dengan jamaah islamiyah lainnya adalah sebagai berikut:
a.
Rabbaniyah, sebab azas tempat berpijak seluruh tujuannya adalah terwujudnya
kedekatan dengan Allah ‘azza wa jalla
b.
Universal, sebab dakwah ini diarahkan kepada seluruh umat manusia
c.
Islamiyah, sebab ia berafiliasi kepada Islam bahkan dapat dikatakan sebagai
karakteristiknya yang utama
d.
Komprehensif, mencakup seluruh aliran kontemporer
e.
Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai yang
tidak berpijak atas dasar Islam
f.
Menjauhi wilayah perselisihan fiqh, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa
perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang tidak dapat dihindari akibat
perbedaan akal manusia dalam memahami nash
g.
Menjauhkan diri dari kooptasi para tokoh dan elit, sebab para tokoh dan
elit memalingkan diri dari dakwah dan kurang menunjukkan komitmen ke Islamannya
yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim biasa apalagi muslim pengemban
tugas dakwah
h.
Bertahap dalam melangkah sebab jamaah ini berkeyakinan bahwa setiap dakwah
harus melalui tiga fase, yaitu:
·
Fase Pengenalan, yaitu mengenalkan dakwah dan menyampaikannya kepada
manusia
·
Fase pembentukan (takwin), yaitu seleksi para pendukung, dan menyiapkan
para prajurit dari kalangan orang-orang yang menyambut dakwah
·
Fase pelakssanaan (tanfidh), yaitu fase amal dan produksi
D. Pengaruh Ikhwanul Muslimin di
Indonesia dan dunia
Dalam karyanya, Majmu’ah al
Rasaail, Al-Banna membahas persoalan dunia Islam yang terjadi saat itu, salah
satunya adalah Indonesia. Secara singkat ia menggambarkan kondisi rakyat
Indoensia yang berjumlah tujuh puluh juta jiwa dan mayoritas Muslim. Indoensia
mengalami tekanan dari penjajah Belanda yang berambisi menjauhkan bangsa Muslim
yang punya semangat yang tinggi dengan hak asasinya sebagai manusia, yakni
kebebasan dan kemerdekaan.
Ikhwanul Muslimin yang saat itu
jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan-dukungan negara Arab
lainnya untuk mendukung ke merdekaan Indonesia. Dan setelah Mesir,
negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia. Para
pemimpin Mesir dan negara-negara Arab saat itu, bahkan membentuk Panitia
Pembela Indonesia. Mereka mendorong pembahasan soal isu Indonesia di berbagai
lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan Liga Arab.
Peran Ikhwanul Muslimin dalam
kemerdekaan Indonesia, itu, masih dapat ditelusuri jejaknya dalam artikel
bertajuk Ikhwanul dan Indonesia. Di sana dicantumkan foto-foto tokoh bangsa
seperti Sjahrir dan H Agus Salim yang menemui Mursyid
‘AmIkhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, untuk menyampaikan terima
kasih atas dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia. Saat itu, untuk
mendukung kemerdekaan Indonesia, Ikhwanul Muslimin kerap mengerahkan massa
untuk berdemonstrasi, termasuk menghalau kapal-kapal Belanda yang melewati
Terusan Suez. Terutama, saat Indonesia sedang dalam revolusi fisik melawan
kembalinya Belanda.
Rekam jejak Ikhwanul Muslimin
secara formal di Indonesia sulit ditemukan. Opini-opini yang muncul mengenai
kedekatan beberapa organisasi di Indonesia dengan Ikhwanul Muslimin pun sulit
untuk dibenarkan. Bahkan setelah reformasi Indonesia terjadi, Partai Keadilan
yang kemudian berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sering
dikait-kaitkan sebagai representasi atau jelmaan Ikhwanul Muslimin di Indonesia
pun tidak bisa dikatakan sebagai Ikhwanul Muslimin. Opini tersebut memang
sangat mendasar jika melihat pola gerakan dan jaringan serta
brand yang diangkat oleh partai tersebut.
Namun rekam jejak PKS dalam peta politik Indonesia yang kurang baik oleh ulah
para politisinya yang terjerat kasus hukum justru menjauhkan dirinya dari sosok
Ikhwanul Muslimin. Ada beberapa tokoh Islam di Indonesia yang diafiliasikan
kepada Ikhwanul Muslimin karena pemikirannya, seperti Agus Salim, Muhammad
Natsir dengan Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada orde
lama. Sementara itu di era yang kontemporer, bisa disebutkan seperti Bachtiar
Chamsyah dengan Parmusi (Persaudaraan Muslim Indonesia), Habib Husein al Habsyi
dengan IMI (Ikhwanul Muslimin Indonesia).
Masih dalam kitabnya, Majmu’ah ar
Rasaail, Al-Banna menyampaikan pandangannya terhadap Palestina, Pakistan, dan
Libya. Palestina pada saat itu tengah terancam oleh upaya pemberangusan yang
dilakukan oleh konspiorasi yang tediri dari Amerika, Rusia dan Inggris.
Terutama, sejak dibentuknya gerakan Zionisme Internasional yang secara resmi
didanai oleh pemerintah dan bangsa Barat, disertai dendam lama dengan kebencian
yang sangat kepada Arab dan kaum muslimin di manapun mereka. Hal itu yang
menyebabkan Ikhwanul Muslimin maju ke medan perang kala konflik Arab-Israel
pecah pada 1948. Menurut beberapa sumber, kelompok militansi Hamas yang ada di
Palestina mempunyai kedekatan erat dengan Ikhwanul Muslimin, bahkan ada opini
yang mengatakan sengaja dibentuk oleh Al-Ikhwan. Adapun Libya, digambarkan oleh
Al-Banna sebagai Negara yang tengah terjerat dengan indoktrinisasi penjajah.
Negara-negara ini mengerang sebagai pesakitan, tapi tidak kunjung mendapat
pertolongan.
Melihat wacana kontemporer tentang
kiprah Ikhwanul Muslimin di dunia, baru nampak setelah Arabs Spring pecah dan
terjadi krisis politik di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi
yang diposisikan
under
dog oleh rezim-rezim
Arab sebelumnya memanfaatkan momentum ini. Gerakan bawah tanahnya yang
dilakukan selama setengah abad terakhir menuai buah, dimana Ikhwanul Muslimin
mampu mengambil alih atau mendominasi peta politik di Mesir. Namun, di Libya,
Mohammed Sawan, tokoh Ikhwanul Muslimin yang pernah dipenjarakan Muammaar
Qaddafi selama tahun mendirikan partai yang berafiliasi Ikhwanul Muslimin
justru dikalahkan oleh koalisi partai politik berhaluan Liberal.
BAB III
PENUTUP
Ikhwanul
Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Bisa
dilihat dari pemikiran utama Ikhwanul Muslimin berikut.Ia merupakan salah satu
jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa
Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar
agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja.
Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim,
rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang
dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan
negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada
Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun
sayang sekali ajaran shufi kental sekali memengaruhi organisasi ini. Ikhwanul
Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Sementara itu,
dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin juga ikut serta dalam
proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok
lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir
yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut. Sementara itu, jamaah Ikhwanul
Muslimin banyak memiliki penyimpangan dari kaidah-kaidah Islam yang dipahami
sebagai As Salaf As Shalih. Hal ini berdasarkan karena pergerakan ini
banyak dipengaruhi oleh pemikiran Jamaludin Al Afghani, seorang penganut Syi'ah
Babiyah, yang berkeyakinan wihdatul wujud (bersatunya hamba dengan Dzat
Allah), bahwa kenabian dan kerasulan diperoleh lewat berbagai usaha.
Selanjutnya,
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang
Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan
mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu
kepada sejumlah delegasi Indonesia.
Ikhwanul
Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia.
Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan
demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik
Indonesia. Ikhwanul Muslimin kemudian
semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang
memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai
Masyumi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Wamy Malaysia, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Penerbit
:
Al-Itishom
Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir,
Menuju Jamaatul Muslimin, Robbani press, Jakarta, 2001
Republika Online, (2012, 12 Juli) Peran Ikhwanul Muslimin untuk Kemerdekaan
Indonesia
Suara Aceh, (2012, 28 Juni), Ikhwanul Muslimin dan Pengaruhnya di Indonesia,
dikutip dari Gerakan Keagamaan dan Pemikiran BAB II, hlm. 13.