Kamis, 30 April 2015

Ikhwanul Muslimin

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ikhwanul Muslimin sering hanya disebut Al-Ikhwan adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah SWT, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.[1] Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia.[2]
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun sayang sekali ajaran shufi kental sekali memengaruhi organisasi ini. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin juga ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Jamaah Ikhwanul Muslimin?
2.      Bagaimana Pemikiran Ikhwanul Muslimin?
3.      Bagaimana karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimin?
4.      Bagaimana pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dunia?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui sejarah berdirinya Ikhwanul Muslimin
2.      Mengetahui pemikiran Ikhwanul Muslimin
3.      Mengetahui karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimin
4.      Mengetahui pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dunia



















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah berdirinya Jamaah Ikhwanul Muslimin
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri organisasi ini adalah Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin yang diselenggarakan pada 24 September 1930.
Selanjutnya, pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
a.       Periode tahun 1930-1948
Pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, yang merupakan hasil seleksi dari Hassan al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta terlibat dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
b.      Periode tahun 1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, pada tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi.
Selanjutnya, pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada peristiwa Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
c.       Periode tahun 1970-masa kini
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Kemudian Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan cara tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.
B.     Pemikiran Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja.[3]
Sementara itu, dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut.


Prinsip Ajaran Ikhwanul Muslimin
Beberapa prinsip yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya saw yang harus dipegang teguh oleh insan muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan umat Islam adalah:
1. Rabbaniyah; segala orientasi individu, sosial atau negara, segala    perbuatan, perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen dengan apa yang diridhai Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
  2.  Menjaga jati diri manusia dari hal-hal yang dapat membuat Allah murka, mulia dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlas).
 3.   Beriman pada hari berbangkit, hisab, pembalasan dan siksa.
 4. Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia dan melaksanakan hak-haknya.
 5.  Perhatian dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun masyarakat, komitmen dengan kesempurnaan, persamaan, dan menegaskan akan pentingnya peran keduanya dalam pembangunan dan kemajuan masyarakat.
 6.  Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan mendapatkan ketenangan adalah hak mendasar setiap warga, di bawah naungan keadilan, persamaan dan undang-undang secara adil.
 7.  Nilai-nilai dan akhlaq merupakan jaminan ketenangan dan tegas  dalam memerangi kemungkaran, kerusakan dan pengrusakan.
 8.  Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan dan direalisasikan.
 9.   Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.
 10. Umat yang berambisi menggapai ridha ilahi dalam perilaku dan perbuatan, politik dan orientasi, setiap individu bangga dengan ikatan ukhuwah yang dapat menyatukan dan menyambung tali persaudaraan di antara mereka, berusaha untuk hidup dengan bebas tidak pengkebirian dan penindasan, pemahaman yang utuh, kesadaran dan keseriusan dalam merealisasikan prinsip-prinsip.
C.    Karakteristik Dakwah Ikhwanul Muslimin
Karakteristik Jamaah Ikhwanul Muslimin[4] yang membedakannya dengan jamaah islamiyah lainnya adalah sebagai berikut:
a.       Rabbaniyah, sebab azas tempat berpijak seluruh tujuannya adalah terwujudnya kedekatan dengan Allah ‘azza wa jalla
b.      Universal, sebab dakwah ini diarahkan kepada seluruh umat manusia
c.       Islamiyah, sebab ia berafiliasi kepada Islam bahkan dapat dikatakan sebagai karakteristiknya yang utama
d.      Komprehensif, mencakup seluruh aliran kontemporer
e.       Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai yang tidak berpijak atas dasar Islam
f.       Menjauhi wilayah perselisihan fiqh, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang tidak dapat dihindari akibat perbedaan akal manusia dalam memahami nash
g.      Menjauhkan diri dari kooptasi para tokoh dan elit, sebab para tokoh dan elit memalingkan diri dari dakwah dan kurang menunjukkan komitmen ke Islamannya yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim biasa apalagi muslim pengemban tugas dakwah
h.      Bertahap dalam melangkah sebab jamaah ini berkeyakinan bahwa setiap dakwah harus melalui tiga fase, yaitu:
·         Fase Pengenalan, yaitu mengenalkan dakwah dan menyampaikannya kepada manusia
·         Fase pembentukan (takwin), yaitu seleksi para pendukung, dan menyiapkan para prajurit dari kalangan orang-orang yang menyambut dakwah
·         Fase pelakssanaan (tanfidh), yaitu fase amal dan produksi
D.    Pengaruh Ikhwanul Muslimin di Indonesia dan dunia
Dalam karyanya, Majmu’ah al Rasaail, Al-Banna membahas persoalan dunia Islam yang terjadi saat itu, salah satunya adalah Indonesia. Secara singkat ia menggambarkan kondisi rakyat Indoensia yang berjumlah tujuh puluh juta jiwa dan mayoritas Muslim. Indoensia mengalami tekanan dari penjajah Belanda yang berambisi menjauhkan bangsa Muslim yang punya semangat yang tinggi dengan hak asasinya sebagai manusia, yakni kebebasan dan kemerdekaan.
Ikhwanul Muslimin yang saat itu jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan-dukungan negara Arab lainnya untuk mendukung ke merdekaan Indonesia. Dan setelah Mesir, negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin Mesir dan negara-negara Arab saat itu, bahkan membentuk Panitia Pembela Indonesia. Mereka mendorong pembahasan soal isu Indonesia di berbagai lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan Liga Arab. [5]
Peran Ikhwanul Muslimin dalam kemerdekaan Indonesia, itu, masih dapat ditelusuri jejaknya dalam artikel bertajuk Ikhwanul dan Indonesia. Di sana dicantumkan foto-foto tokoh bangsa seperti Sjahrir dan H Agus Salim yang menemui Mursyid ‘AmIkhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, untuk menyampaikan terima kasih atas dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia. Saat itu, untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, Ikhwanul Muslimin kerap mengerahkan massa untuk berdemonstrasi, termasuk menghalau kapal-kapal Belanda yang melewati Terusan Suez. Terutama, saat Indonesia sedang dalam revolusi fisik melawan kembalinya Belanda.
Rekam jejak Ikhwanul Muslimin secara formal di Indonesia sulit ditemukan. Opini-opini yang muncul mengenai kedekatan beberapa organisasi di Indonesia dengan Ikhwanul Muslimin pun sulit untuk dibenarkan. Bahkan setelah reformasi Indonesia terjadi, Partai Keadilan yang kemudian berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sering dikait-kaitkan sebagai representasi atau jelmaan Ikhwanul Muslimin di Indonesia pun tidak bisa dikatakan sebagai Ikhwanul Muslimin. Opini tersebut memang sangat mendasar jika melihat pola gerakan dan jaringan serta brand yang diangkat oleh partai tersebut. Namun rekam jejak PKS dalam peta politik Indonesia yang kurang baik oleh ulah para politisinya yang terjerat kasus hukum justru menjauhkan dirinya dari sosok Ikhwanul Muslimin. Ada beberapa tokoh Islam di Indonesia yang diafiliasikan kepada Ikhwanul Muslimin karena pemikirannya, seperti Agus Salim, Muhammad Natsir dengan Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada orde lama. Sementara itu di era yang kontemporer, bisa disebutkan seperti Bachtiar Chamsyah dengan Parmusi (Persaudaraan Muslim Indonesia), Habib Husein al Habsyi dengan IMI (Ikhwanul Muslimin Indonesia).[6]
Masih dalam kitabnya, Majmu’ah ar Rasaail, Al-Banna menyampaikan pandangannya terhadap Palestina, Pakistan, dan Libya. Palestina pada saat itu tengah terancam oleh upaya pemberangusan yang dilakukan oleh konspiorasi yang tediri dari Amerika, Rusia dan Inggris. Terutama, sejak dibentuknya gerakan Zionisme Internasional yang secara resmi didanai oleh pemerintah dan bangsa Barat, disertai dendam lama dengan kebencian yang sangat kepada Arab dan kaum muslimin di manapun mereka. Hal itu yang menyebabkan Ikhwanul Muslimin maju ke medan perang kala konflik Arab-Israel pecah pada 1948. Menurut beberapa sumber, kelompok militansi Hamas yang ada di Palestina mempunyai kedekatan erat dengan Ikhwanul Muslimin, bahkan ada opini yang mengatakan sengaja dibentuk oleh Al-Ikhwan. Adapun Libya, digambarkan oleh Al-Banna sebagai Negara yang tengah terjerat dengan indoktrinisasi penjajah. Negara-negara ini mengerang sebagai pesakitan, tapi tidak kunjung mendapat pertolongan.
Melihat wacana kontemporer tentang kiprah Ikhwanul Muslimin di dunia, baru nampak setelah Arabs Spring pecah dan terjadi krisis politik di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi yang diposisikan under dog oleh rezim-rezim Arab sebelumnya memanfaatkan momentum ini. Gerakan bawah tanahnya yang dilakukan selama setengah abad terakhir menuai buah, dimana Ikhwanul Muslimin mampu mengambil alih atau mendominasi peta politik di Mesir. Namun, di Libya, Mohammed Sawan, tokoh Ikhwanul Muslimin yang pernah dipenjarakan Muammaar Qaddafi selama tahun mendirikan partai yang berafiliasi Ikhwanul Muslimin justru dikalahkan oleh koalisi partai politik berhaluan Liberal. [7]
BAB III
PENUTUP
Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Bisa dilihat dari pemikiran utama Ikhwanul Muslimin berikut.Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual (shalat, puasa, haji, zakat, dll) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun sayang sekali ajaran shufi kental sekali memengaruhi organisasi ini. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.
Sementara itu, dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin juga ikut serta dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya, sebagaimana kelompok-kelompok lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut. Sementara itu, jamaah Ikhwanul Muslimin banyak memiliki penyimpangan dari kaidah-kaidah Islam yang dipahami sebagai As Salaf As Shalih. Hal ini berdasarkan karena pergerakan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Jamaludin Al Afghani, seorang penganut Syi'ah Babiyah, yang berkeyakinan wihdatul wujud (bersatunya hamba dengan Dzat Allah), bahwa kenabian dan kerasulan diperoleh lewat berbagai usaha.
Selanjutnya, Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.
Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik Indonesia. Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Wamy Malaysia, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Penerbit   : Al-Itishom
Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, Menuju Jamaatul Muslimin, Robbani press, Jakarta, 2001
Imam Hasan Al Banna, Majmu’ Rasail, Da’watuna fi thaurin jadiid, Al I’tishom
Republika Online, (2012, 12 Juli) Peran Ikhwanul Muslimin untuk Kemerdekaan Indonesia
Suara Aceh, (2012, 28 Juni), Ikhwanul Muslimin dan Pengaruhnya di Indonesia, 
Kompas Online. (2012, 18 Juli). Liberal Memenangi Pemilu Libya



[2] dikutip dari Gerakan Keagamaan dan Pemikiran BAB II, hlm. 13.
(diakses melalui http://wikipedia.org.id
[3] Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, Menuju Jamaatul Muslimin, Robbani press, Jakarta, 2001 h. 343
[4]   Imam Hasan al Banna h,  Da’watuna fi thaurin jadiid,.h.  63
[5] Republika Online, (2012, 12 Juli) Peran Ikhwanul Muslimin untuk Kemerdekaan Indonesia.
[6] Suara Aceh, (2012, 28 Juni), Ikhwanul Muslimin dan Pengaruhnya di Indonesia, 
[7] Kompas Online. (2012, 18 Juli). Liberal Memenangi Pemilu Libya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar