Jumat, 01 Mei 2015

TADABBUR SURAT AL-FATIHAH


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam Al Quran dan termasuk golongan surat Makkiyyah.
Surat ini mempunyai beberapa nama, di antaranya:
1.      Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran.
2.       Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran, dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap sembahyang.
3.      As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang.

Ayat 1: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Memulai sesuatu pekerjaan/aktivitas harus dengan basmallah, karena di situlah letak keberkahan suatu aktivitas. Adapun alasan-alasan dan sandaran selalu dimulai dengan Bismillah karena :
a.       Mengikuti pola Kitab yang agung  yaitu Al-Quran khususnya, dan menurut beberapa keterangan bahwa semua Kitab yang di turunkan di awali dengan Bismillah.
b.      Mengikuti langkah Rasulullah SAW dalam hal tulis menulis dan surat menyurat dan sunnah para nabi seperti Nabi Sulaiman AS yang mengirim surat kepada Ratu Bilqis dengan diawali Bismillah.
c.       Mengamalkan Hadits Nabi
كل أمر ذي بال، لا يبدأ فيه، ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع
Artinya: Setiap perkara yang baik yang   tidak di awali dengan Bismillahirrahmaanirrahiim maka perbuatan itu ( terputus ) maksudnya kurang berkah
d.      Meminta pertolongan kepada Allah. Meminta pertolongan kepada Allah melalui membaca Bismillah keluar dari Huruf “Ba” dalam kalimat “Bismi” karena Ba disana di kategorikan “Ba Istiaanah”   ( Ba yang mempunyai arti pertolongan ) bila diterjemahkan kata ” Bismi ”  maka akan mengeluarkan arti ” Dengan pertolongan Allah ” menurut Qaul Ismun Bi Ma’na Al-Musamma
e.       Mengakui kelemahan diri. Meminta pertolongan adalah bukti bahwa yang meminta adalah lemah dan memerlukan bantuan orang lain. Dan disini adalah kelemahan Haqiqi sebagai Makhluq ( yang diciptakan ) yang pasti membutuhkan Khaliq ( yang menciptakan ), karena Ahlisunnah wal Jamaah sudah menjelaskan bahwa tidak ada daya dan kekuatan di makhluq untuk membuat perbuatanya sendiri.
f.       Bertabaruk dengan nama Allah. Bertabaruk adalah ingin mendapat kebaikan dan kebagusan juga keuntungan dalam segala hal, maka kata Bismillah mengandung unsure Tabaruk dengan nama Allah, karena ingin mendapat keberkahan dengan membaca Bismillah karena kata Allah dalam Bismillah adalah Ismun Li Dzati Al-Wajibil Wujudi.
g.      Bertawasul dengan nama Allah. Bismillah dikategorikan bertawasul dengan nama Allah  karena didalam Bismillah ada 3 Nama Allah, dan menurut sebahagian ulama ada 4 Nama Allah ( termasuk Ismun )
قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن أيا ما تدعوا فله الأسماء الحسنى….
Artinya: “Katakanlah, ‘Serulah   oleh   kalian Nama Allah   atau serulah   oleh   kalian Nama Al-Rahman   dengan nama apa saja yang kamu seru, Dia memiliki Al-Asma` Al-Husna, ‘…. ” [ Al-lsra`: 110 ]
h.      Menjauhi godaan Syetan. Sudah pasti Syetan sangat benci kepada Hamba yang selalu berdzikir dan mengingat Allah dalam setiap langkah dan geraknya, maka dari  itu setan tidak akan berdaya   bila diucapkan Nama Allah dengan hati yang hadir.
Kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya. Bukankah kita –dengan kasih sayang-Nya- telah diberikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan segala aktivitasnya, walaupun sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-Nya.
Sementara itu kara Rahim diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat yaitu hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugrahkan kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahwa semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahwa segala amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk ke surga-Nya kecuali karena Rahmat-Nya.
Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Tuhan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih saying, khawatir jangan sampai menginjak anaknya”. (HR. Muslim)
Rahmannya Allah SWT tidak memandang kepada siapa akan diberikan, tetapi rahimnya Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang taat menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Ayat 2: Segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat.
Ayat 3: Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk
Ayat 4: Hanya kepada Allah sajalah kita menyembah dan meminta. Allah maha mendengar permintaan hamba-Nya. Dan Allah tidak pernah lupa dengan apa yang dipinta hamba. Manusia akan kecewa ketika berharap sesuatu kepada sesama manusia bila harapannya tidak dipenuhi. Tetapi ketika kita meminta kepada Allah, Allah tidak pernah mengecewakan kita dengan permintaan kita. Kalaupun kita merasa Allah belum mengabulkan permintaan kita, berbaik sangkalah kepada Allah, Allah memberikan apa yang kita butuh bukan apa yang kita mau.
Ayat ini juga menegaskan bahwa meminta kepada Allah setelah menyembah-Nya terlebih dahulu. KepadaMu kami menyembah dan kepadaMu kami meminta pertolongan. Artinya kita harus menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu kepada Allah dengan sesempurna mungkin supaya Allah mengabulkan permintaan dan permohonan kita. Ibarat seorang orang tua apabila anaknya patuh dan menuruti nasehatnya maka akan dengan mudah orang tua menuruti keinginan anaknya.
Ayat 5: Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Hidayah tidak datang dengan sendirinya, tapi perlu usaha untuk mendapatkannya. Hidayah yang didapat seseorang adalah karunia Allah. Manusia tidak bisa memberikan hidayah itu. Seperti Nabi Nuh AS yang tidak bisa mengajak anak dan isterinya taat kepada Allah, Nabi Luth AS, bahkan Rasulullah SAW tidak bisa mengajak pamannya Abu Thalib untuk memeluk Islam walau dengan setia membela Rassullah SAW. Hidayah adalah anugerah Allah. Hidayah yang sudah didapatpun harus dijaga dan dipelihara, supaya kita selamat di dunia dan di akhirat. Hidayah  menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.

Ayat 6 dan 7: dalam kehidupan Allah memberi kita dua jalan, yaitu jalan yang lurus dan jalan yang sesat. Jalan yang lurus adalah jalan yang Allah beri nikmat kepada mereka yang mengikutinya. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa' (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh).sedangkan jalan yang sesat adalah jalan orang yang dimurkai oleh Allah. yaitu golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. Wallahu a’lam bish-shawab
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar