Selasa, 29 Agustus 2017

ISTIDRAJ


Dalam kehidupan kita Allah memberi kesenangan dan kenikmatan. Kesenangan dan kenikmatan dari Allah bisa berupa karunia (anugerah), ujian dan istidraj. Karunia sering diidentikkan dengan kesenangan sementara ujian sering diidentikkan dengan musibah. Kesenangan yang menjadi musibah itulah yang dinamakan dengan istidraj.
Istidraj adalah kenikmatan yang diberikan Allah SWT tanpa melalui keimanan dan syariat yang di kerjakan. Allah memberi nikmat berupa rizki yang melimpah, kesenangan hidup, kesehatan yang terus menerus, panjang umur dan sebagainya. Namun dengan nikmat tersebut menjadikan manusia semakin jauh dengan Allah SWT, maka bisa jadi itulah Istidraj yang akan semakin mendekatkan manusia dengan azab-Nya. Atau ketika manusia lupa kepada Allah dan tidak mengindahkan peringatan-Nya, maka bisa saja Allah membukakan pintu istidraj, yaitu pintu nikmat yang banyak, sehingga manusia lupa diri dan sombong.
Perkataan istidraj terdapat  dalam Al-Quran yaitu dalam surat al-A'raf ayat 182: 
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ (182)
Artinya: "Mereka yang tidak membenarkan ayat-ayat Kami, nanti Kami lakukan istidraj terhadap mereka dari pihak yang mereka tidak mengetahui." (QS. Al-A'raf : 182).
Perkataan istidraj itu menjadi pembahasan mendalam oleh para ulama tauhid, tafsir, tasawuf dan sebagainya sehingga menimbulkan berbagai ta'rif dan definisi.
Menurut Al-Jurjani, Istidraj ialah seseorang yang diperkenankan Allah keperluannya    dari  waktu ke waktu  sampai akhir  hayatnya  untuk nanti  diganti  dengan bala  dan  azab di   dunia.  Seorang  yang  jauh  dari rahmat   Allah dan dekat dengan azab secara berangsur-angsur  sedikit demi sedikit. Raghib  Ashfahani  ahli  bahasa  Al-Quran  dalam  membahas  kata  dalam  ayat   itu mengemukakan  beberapa   pendapat  orang   pula, dalam   bentuk:   “Kami   (Allah)   akan lipat  mereka  sebagai   halnya   melipat   kitab. Kami   akan   siksa   mereka   setingkat   demi setingkat, demikian  berupa  merendahkan   mereka   dalam   sesuatu    sedikit    demi    sedikit, bagaikan tangga dalam naik dan turun”. Ahli tafsir yang terkenal Ibnu Katsir lebih maju lagi dengan menggambarkan bentuk kehidupan orang yang istidraj itu akan berlaku padanya, yaitu Allah bukakan berbagai-bagai pintu rezeki dan berbagai sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) sampai mereka terperdaya olehnya dan beranggapan bahwa diri mereka di atas segala-galanya." [1]
Menurut Imam Ahmad (Hambali), dalam suatu hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
Artinya: “Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah."[2]
CIRI-CIRI  ISTIDRAJ
Di antara ciri-ciri Istidraj adalah:
1.      Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah"
2.      Kita Melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya" [3]
3.      Semakin Kita Kikir, Namun Harta Semakin Banyak
Mengeluarkan harta untuk shadaqah dapat membuat harta kita semakin banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun mengulurkan tangan membantu orang lain namun justru harta semakin melimpah ruah, itulah menjadi salah satu ciri istidraj.
4.      Jarang Sakit
Imam Syafi’I pernah mengatakan:”Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.” Sebagaimana diceritakan pula bahwa Firaun adalah orang yang tidak pernah merasakan sakit, bahkan bersin pun dia tidak pernah dan itulah yang membawa dia semakin bersombong diri.
5.      Semakin Sombong Namun Harta Semakin Melimpah
Orang yang mengalami istidraj cirinya semakiin ia sombong maka semakin kaya dan terbuka dunia bagi dirinya. Rasululah s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim).
Wallahua’lam....



[1] Lih.  Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3 hal 258

[2] HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414
[3] Lihat Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar