Dalam kehidupan kita Allah memberi kesenangan dan kenikmatan.
Kesenangan dan kenikmatan dari Allah bisa berupa karunia (anugerah), ujian dan istidraj.
Karunia sering diidentikkan dengan kesenangan sementara ujian sering
diidentikkan dengan musibah. Kesenangan yang menjadi musibah itulah yang
dinamakan dengan istidraj.
Istidraj adalah kenikmatan yang diberikan Allah
SWT tanpa melalui keimanan dan syariat yang di kerjakan. Allah memberi nikmat
berupa rizki yang melimpah, kesenangan hidup, kesehatan yang terus menerus,
panjang umur dan sebagainya. Namun dengan nikmat tersebut menjadikan manusia
semakin jauh dengan Allah SWT, maka bisa jadi itulah Istidraj yang akan
semakin mendekatkan manusia dengan azab-Nya. Atau ketika manusia lupa kepada
Allah dan tidak mengindahkan peringatan-Nya, maka bisa saja Allah membukakan
pintu istidraj, yaitu pintu nikmat yang banyak, sehingga manusia lupa diri dan
sombong.
Perkataan istidraj terdapat dalam Al-Quran yaitu dalam surat al-A'raf
ayat 182:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ
مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ (182)
Artinya: "Mereka yang tidak membenarkan ayat-ayat
Kami, nanti Kami lakukan istidraj terhadap mereka dari pihak yang mereka
tidak mengetahui." (QS. Al-A'raf : 182).
Perkataan istidraj itu
menjadi pembahasan mendalam oleh para ulama tauhid, tafsir, tasawuf dan
sebagainya sehingga menimbulkan berbagai ta'rif dan definisi.
Menurut Al-Jurjani, Istidraj
ialah seseorang yang diperkenankan Allah keperluannya dari waktu
ke waktu sampai akhir hayatnya untuk nanti diganti
dengan bala dan azab di dunia. Seorang yang jauh
dari rahmat Allah dan
dekat dengan azab secara berangsur-angsur
sedikit demi sedikit. Raghib Ashfahani ahli bahasa Al-Quran
dalam membahas kata dalam
ayat
itu mengemukakan beberapa
pendapat orang pula, dalam
bentuk: “Kami (Allah) akan lipat mereka sebagai halnya
melipat
kitab. Kami akan siksa mereka setingkat
demi setingkat, demikian berupa merendahkan
mereka dalam sesuatu sedikit
demi sedikit, bagaikan tangga dalam naik dan
turun”. Ahli tafsir yang terkenal Ibnu Katsir lebih maju lagi dengan
menggambarkan bentuk kehidupan orang yang istidraj itu akan berlaku
padanya, yaitu Allah bukakan berbagai-bagai pintu rezeki dan berbagai sumber
penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) sampai mereka terperdaya olehnya
dan beranggapan bahwa diri mereka di atas segala-galanya." [1]
Menurut Imam Ahmad (Hambali),
dalam suatu hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا
يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
Artinya: “Apabila
Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara
dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari
Allah."[2]
CIRI-CIRI ISTIDRAJ
Di antara ciri-ciri Istidraj
adalah:
1. Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu
mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat
kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah"
2. Kita Melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah
bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara
engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya" [3]
3. Semakin Kita Kikir, Namun Harta Semakin Banyak
Mengeluarkan harta untuk shadaqah
dapat membuat harta kita semakin banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir,
tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun mengulurkan tangan membantu orang
lain namun justru harta semakin melimpah ruah, itulah menjadi salah satu ciri istidraj.
4. Jarang Sakit
Imam Syafi’I pernah mengatakan:”Setiap
orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau
tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan
dirimu.” Sebagaimana diceritakan pula bahwa Firaun adalah orang yang tidak
pernah merasakan sakit, bahkan bersin pun dia tidak pernah dan itulah yang
membawa dia semakin bersombong diri.
5.
Semakin
Sombong Namun Harta Semakin Melimpah
Orang yang mengalami
istidraj cirinya semakiin ia sombong maka semakin kaya dan terbuka dunia bagi
dirinya. Rasululah
s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang
beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang
yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim).
Wallahua’lam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar