Selasa, 29 Agustus 2017

HIKMAH QURBAN



Setiap perintah dan larangan dari Allah selalu memberikan kebaikan dan hikmah bagi hamba Nya. Hanya saja kita  kadang belum mampu menemukan dan mendapatinya. Perintah sholat, puasa, zakat, haji, shadaqah, menikah, bersuci, dan lain-lain mempunyai hikmah dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Demikian juga dengan larangan-larangan Allah mempunyai hikmah yang luar biasa, seperti larangan berzina, mabuk-mabukan, judi, mencuri, membunuh dan lain sebagainya.
 Termasuk dalam hal perintah menjalankan qurban. Ibadah qurban sudah Allah syariatkan sejak Nabi Adam as, kemudian Nabi Ibrahim as dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Qurban adalah salah satu bentuk keshalehan dan kepedulian sosial umat Islam. Qurban bukan untuk bermegah-magah dengan menyembelih sapi atau kambing, tapi ibadah  qurban adalah lembang ketaqwaan hamba kepada Nya. Dalam surat al-Hajj: 37 Allah berfirman:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36) لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (37)
Artinya: “Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan daripadanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu menyembelihnya) dalam keadaan berdiri dan (kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya(tidak memninta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta) untukmu, agar kamu bersyukur. Daging (hewan qurban) dan darahnya sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada Nya adalah ketaqwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya kepadamu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al- Hajj: 36-37)

 Ayat di atas mengandung pengertian:
1.      Menyembelih hewan qurban (unta, sapi atau kambing) dengan menyebut nama Allah dan kakinya dalam keadaan terikat.
2.      Sebagian daging qurban untuk shahibul qurban dan sebagiannya lagi untuk dibagi-bagikan kepada orang yang mampu dan fakir miskin
3.      Bukan daging dan darah qurban itu yang akan sampai kepada Allah, tetapi ketaqwaan hamba Nya yang menentukan kualitas qurbannya.
4.      Hewan ternak  yang diqurbankan adalah karena kehendak  Allah yang telah menundukkanya untuk disembelih oleh manusia.
Di antara hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran dalm syariat qurban, adalah:
1.    Keikhlasan dan ketulusan.
Yang sangat mengagumkan dari peristiwa sejarah qurban Nabi Ibrahim adalah keikhlasan dan ketulusan dalam menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa berat hati, beban, ataupun ketidaktulusan dalam menjalankan perintah Allah
Kita bisa membayangkan betapa berat hati seorang ayah yang menanti kehadiran buah hati bertahun-tahun lamanya. Ketika anak itu hadir dan beranjak remaja, Allah memerintahkan untuk disembelih.
Manusiawi Nabi Ibrahim merasa berat ketika mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yaitu nabi Ismail. Tapi kecintaan, keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah jauh lebih besar daripada kecintaan terhadap anak, istri, harta, bahkan dunia dan seisinya, menjadikan perintah yang terasa berat tersebut terasa ringan, juga di sisi lain Nabi Ibrahim yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka dan Allah akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
2.     Kesabaran
            Perintah untuk menyembelih Ismail merupakan suatu peristiwa luar biasa yang membutuhkan tingkat kesabaran yang luar biasa.  Kesabaran yang luar biasa ini  bukan hanya dimiliki oleh Nabi Ibrahim saja, tetapi dimiliki oleh seluruh keluarga, baik anaknya sebagai orang yang menjadi qurban, ataupun istrinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan anak yang akan diqurbankan.
3.     Ketaatan
            Qurban adalah lambang keluarga yang utuh dalam ketaatan kepada Allah. Nabi Ibrahim lambang imam yang sholeh dalam keluarga mau mengurbankan anak yang sangat dicintai dan dinanti-nantikan kehadirannya ke muka bumi karena ketaatannya kepada Allah. Nabi Ibrahim lebih memilih ketaatannya kepada Allah daripada dunia dan seisinya.
Nabi Ismail potret anak sholeh yang tidak pernah melawan orang tua. Ketika Nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah dalam mimpinya untuk menyembelih Ismail, anak yang sholeh ini menjawab: “Jika itu perintah Allah laksanakanlah wahai ayahku. Sesungguhnya engkau akan mendapatiku bersama orang-orang yang sabar.”[1] Sabar dalam ketaatan.
Siti Hajar role model istri sholehah yang sangat taat kepada Allah dan suaminya. Bayangkan dengan bayi yang masih merah harus menjalani hidup seorang diri di tengah lembah yang tandus, tidak pernah mengeluh karena yakin Allah akan menolongnya. Ketika Ismail akan disembelihpun Siti Hajar tidak menahan dan menentangnya. Siti Hajar ikhlas karena ketaatannya kepada Rabb nya.
4.     Keimanan
            Ketaatan adalah buah dari keimanan, keimanan hadir dari keyakinan, dan keyakinan tumbuh karena adanya hujjah dan pembuktian. Keimanan keluarga Nabi Ibrahim merupakan keimanan yang didasarkan pada keyakinan yang dalam karena mereka telah melihat bukti nyata tentang eksistensi Tuhan yang diyakini dan diimaninya.
5.     Mewujudkan keshalehan sosial
Qurban adalah wujud rasa peduli dan empati kepada sesama. Jika menyambut hari Raya Idul Fitri rasa empati terhadap fakir miskin dengan pembagian zakat fitrah, maka di hari Raya Idul Adha rasa simpati dan empati terhadap sesama dengan pembagian daging qurban.
Keshalehan individu dengan melaksanakan ibadah-ibadah mahdhah yang bersifat individual dan manfaatnya pun dirasakan secara individu. Ibadah qurban adalah ibadah yang bisa dinikmati secara individu dan bisa juga dinikmati oleh semua orang.
Wallahua’lam...semoga bermanfaat



[1] Lihat QS. Ash-Shaffat ayat 102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar