Identifikasi
dekadensi moral pada anak didik tingkat SMA:
·
Siswa
lebih senang mendengar musik “hura-hura” daripada mendengar tilawah al-Qur’an
·
Siswa
sering meninggalkan sholat fardhu dengan tanpa beban dosa
·
Pergaulan
bebas antara siswa dan siswi baik dalam satu sekolah maupun antar sekolah
dianggap hal yang biasa
·
Siswi
merasa kurang nyaman dan “malu” dengan busana muslimah syar’i yang menurutnya
tidak modis
·
Banyak
siswa yang kebut-kebutan di jalan raya, tawuran karena disebabkan hal-hal yang
sepele, dan lain-lain
·
Banyak
siswa memanfaatkan waktu kosongnya dengan main games di warnet
Dekadensi moral yang terjadi pada anak didik di sekolah didominasi
oleh kurangnya pemahaman siswa di bidang agama, terutama pemahaman tentang al-Qur’an. Dari hasil pengamatan penulis
sebagian besar anak didik terutama di tingkat SMA/SMA/MA tidak bisa membaca al Qur’an. Sungguh ironis, lahir dari keluarga muslim dan berdomisili di
lingkungan masyarakat muslim tetapi tidak mengenal dengan dekat kitab sucinya
(Al-Qur’an). Menjadi tanggung jawab siapakah ini? Jawabannya adalah kita semua; orang tua,
guru, da’i dan orang-orang yang punya kafaah (kompetensi) dalam bidang Agama.
Penulis yakin dan percaya bila para anak didik diberi pemahaman tentang
al-Quran dengan pemahaman yang baik, Insya Allah tidak akan ada lagi
kekhawatiran akan dekadensi moral.
Menurut
penulis program dakwah yang paling tepat saat ini di sekolah-sekolah adalah:
·
Program
Pengenalan dan Pemahaman Al Quran kepada siswa mulai dari membaca, menulis, dan
tadabbur dengan slogan “Hidupku Bersama Al Qur’an”. Penulis menawarkan program
ini supaya diterapkan di setiap sekolah minimal 2 jam/pekan dan wajib
diikuti oleh seluruh siswa dan
dievaluasi setiap pertemuan
·
Menerapkan
metode Mau’idhatul Hasanah dari hati ke hati dalam menangani siswa yang
“bermasalah” dengan pendekatan agamis dan psikologis bukan dengan kekerasan dan
hukuman yang membawa efek ” jera” tetapi
tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar