Kamis, 19 Desember 2013

Makalah "Dakwah dan Strategi Pemberdayaan Ummat

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dimensi dakwah yang sering kali terabaikan oleh para dai dan ulama adalah persoalan pengembangan masyarakat. Sekarang ini, umat Islam telah berjumlah lebih dari satu miliar orang yang diharapkan akan terus meningkat.
Banyak bagian dari dunia Muslim yang tertinggal secara teknologi dan ekonomi. Mereka sangat menderita dalam memenuhi kebutuhannya setiap hari dan sangat gagap terhadap perkembangan teknologi. Akibatnya, komunikasi ilmu pengetahuan dan informasi agama Islam yang mestinya dengan mudah bisa diakses, karena kedua kesulitan itulah, menjadikan mereka terus terbelakang dan terus mengalami pembodohan. 
Untuk menanggulangi hal itu, tentu saja dibutuhkan kerja sama untuk mengentaskan kemiskinan dan melakukan pemberdayaan terhadap mereka yang terbelakang. Hal itu bisa berwujud dalam bentuk pendidikan keterampilan, pembukaan lapangan kerja, penanggulangan pemakaian obat-obat terlarang, atau pelatihan teknologi tepat guna. 
Agenda itu mesti segera dijalankan dengan kerja sama antara organisasi Islam dan pemerintah atau lembaga lain. Sebab, pada dasarnya, tujuan dakwah adalah untuk menyejahterakan umat manusia di muka bumi dan akhirat nanti. Bila keadaan mereka terus merasa tertekan, kesusahan, dan mengalami pembodohan; bagaimana mungkin ibadah yang menekankan pada ketenangan dan kekhusyukan dapat mereka jalankan?
Hal itulah yang seharusnya juga menjadi tantangan dalam dakwah Islam. Para dai atau mubaligh hendaknya juga ada yang mendalami persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Dalam analisis tentang perubahan-perubahan kemasyarakatan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dakwah yang mesti dilakukan. Berdasarkan sebuah hadis Nabi SAW dinyatakan, "Kefakiran dapat membawa ke kekufuran." 
B.     Rumusan Masalah
Berdasar masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dakwah?
2.      Apa pengertian Strategi Pemberdayaan umat?
3.      Bagaimana pendekatan dakwah dalam  pemberdayaan umat?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dakwah
2.      Mengetahui pengertian Strategi Pemberdayaan umat
3.      Mengetahui pendekatan dakwah dalam  pemberdayaan umat







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dakwah
Dakwah, sebagaimana dipahami, adalah ajakan atau seruan untuk menciptakan suasana damai dan tenteram serta penuh kesejukan dan mampu membawa perubahan dalam mengamalkan ajaran serta nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata.
Hal ini  sangat relevan dengan kondisi kita saat ini. Kondisi kerusuhan, mudah tersinggung, gampang terprovokasi, haruslah diubah menjadi kondisi yang penuh dengan keramahan, rendah hati, dan rahmatan lil ‘alamin.
 Pengertian di atas dikembangkan lebih lanjut oleh Ali Mahfudz, bahwasanya Dakwah itu adalah mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruhkepada yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar, agarmendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Asep Muhidin, Dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau menyeru ummat manusia agar berada di jalan Allah (sistem Islami) yang sesuai dengan fitrah dan kehanifannya secara integral, baik melalui kegiatan lisan dan tulisan atau kegiatan nalar dan perbuatan, sebagai upaya pengejawantahan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran spiritual yang universal sesuai dengan dasar Islam[1]  
Inti dakwah memang pada pengertiannya mengajak manusia untuk berbuat kebajikan dan menghindari dari keburukan. Ajakan tersebut dilakukan dengan cara yang lemah lembutdan menyejukkan, dengan tujuan tegaknya Agama Islam dan berjalannya sistem Islam dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.
Dengan kata lain, Dakwah sebenarnya bertujuan untuk menghidupkan atau memberdayakan, sehingga masyarakat memperoleh momentum untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan serta menimbulkan suasana yang kondusif bagi tegaknya nilai-nilai Agama. Hal ini ditegaskan oleh llah SWT dalam Al Quran surat al Anfal:24
يآيهاالذين امنوا استجيبوا لله و للرسول اذا دعاكم لما يحييكم
Artinya:” Wahai orang yang beriman, perkenankanlah seruan Allah dan Rasul Nya, apabila ia menyeru kamu kepada apa-apa yang menghidupkan (rohani dan jasmani) kamu”.
Dengan demikian, dakwah pada hakikatnya adalah panggilan Allah dan Rasul Nya, panggilan yang membawa kepada upaya untuk menghidupkan, atau dengan kata lain panggilan untuk memberdayakan.
B.     Pengertian  Strategi Pemberdayaan Ummat
Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan dengan  sedikit pengorbanan.
Pemberdayaan ummat adalah pengembangan kemampuan masyarakat sehingga dapat menyelesaikan masalah dan dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri.
Pengertian  pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan (emvowerment) atau dapat pula di samakan dengan istilah pembangunan (development).[2]  Istilah pemberdayaan menurut Mc. Ardle (1989) yang dikutip oleh Hery Hikmat, adalah sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut.[3]
Dalam tinjauan historis istilah pengembangan masyarakat diadopsi dari bangsa Inggris dimana kantor pemerintah kolonial Inggris mengeluarkan suatu memoranda yang berisikan tentang cara untuk meningkatkan kehidupan masyarakat di daerah koloni (bangsa Inggris), yang disebut dengan nama Pengembangan Masyarakat. Memoranda tersebut berisikan tiga kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 1944, yaitu
1). Peningkatan kondisi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2). Peningkatan   taraf hidup ekonomi masyarakat.
3). Pengembangan institusi dan kekuatan politik.[4]
C. Pendekatan Dakwah dalam Pemberdayaan ummat
Bila kita ingin melakukan proses pemberdayaan umat melalui dakwah Islam, maka sekurang-kurangnya ada lima langkah issue dakwah yang harus diambil, yaitu:
Pertamamateri dakwah sebagai ajakan atau seruan kepada Islam dan petunjuk Allah harus dikemas secara sistemik dalam pemahaman setiap individu dan masyarakat muslim.  Pemahaman sistemik ini dapat dibangun melalui penghayatan dan pengamalan ajaran Islam secara holistik dan komprehensif dari berbagai aspek ajaran Islam yang mencakup aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek mu'amalah.  Selama ini pemahaman tentang berbagai aspek ajaran Islam tersebut ditangkap secara parsial dan terpilah-pilah, tidak utuh.
Secara sistemik keempat dimensi ajaran tersebut seharusnya merupakan kesatuan dan kebulatan utuh, yang terpisahkan hanya dalam tataran diskursus akademik, bukan dalam tataran praktis.  Oleh sebab itu, adalah suatu kezaliman bila seseorang berbuat semata-mata hanya atas perimbangan halal dan haram dengan mengabaikan sama sekali aspek al-husn (kebaikan) dan aspek al-qubh (keburukan), atau menyingkirkan sama sekali sisi al-mahmudah(terpuji) dan al-mazmumah (tercela).
Adalah suatu kenyataan bahwa tema-tema dakwah selama ini dikemas hanya dalam pendekatan parsial, tidak menyeluruh dan tidak sistemik.  Hal ini akan berakibat timbulnya pemahaman keagamaan yang tidak mampu membangun kaitan dan sinergi antara aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah.  Aqidah umat memang terlihat sudah bertauhid, tetapi akhlaknya belum mencerminkan akhlak Islam.  Ibadah umat memang sudah terlihat taat dan tertib, tetapi mua'amalahnya belum mengindahkan prinsip-prinsip muamalah yang diajarkan oleh Islam.
Kedua, karena dakwah pada hakikatnya adalah proses yang menghidupkan atau yang memberdayakan, baik terhadap individu maupun masyarakat, maka harus ada upaya untuk melakukan itu.  Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, dakwah harus ditujukan kepada upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara bersama.  Upaya tersebut dapat dilakukan melalui upaya-upaya menumbuhkan kreatifitas untuk meningkatkan taraf hidup, baik secara individu maupun keluarga, atau secara bersama-sama.
Inilah yang disebut dengan konsep dakwah bil hal, melalui pengembangan industri kecil dan menengah, yang dalam pertumbuhan konkritnya ditunjukkan dengan pengembangan Baitul Mal wat Tamwil di sentra-sentra kegiatan pengajian dan majlis taklim.  Di samping itu, juga melalui penumbuhan gerakan menyimpan dan menabung secara massal, yang produktifitasnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup tersebut.
Ketiga, merumuskan materi dakwah yang berkaitan dengan ajakan dan dorongan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah dan menggali potensi daerah sendiri untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat daerah tersebut.  Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di daerah, di samping memperbesar potensi daerah tersebut untuk mengembangkan diri, yang kemudian diharapkan bisa mengatasi problema yang selalu timbul dalam bentuk kerentanan hubungan antar etnis, polemik pencuatan issu putera daerah, dan sebagainya.
Peningkatan kualitas SDM menjadi sangat strategis dikemas dalam tema-tema dakwah bila dikaitkan dengan tentangan ke depan, di mana bangsa kita akan memasuki era pasar bebas di kawasan ASEAN, yang waktunya tidak lama lagi akan kita masuki.
Keempatdakwah tampil dengan wajah sejuk dan damai dengan melalui penekanan peningkatan kualitas akhlak mulia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara esensial dakwah semestinya muncul dengan pendekatan mengajak, bukan menghakimi, apalagi bernuansa provokatif.  Tema-tema yang berkaitan dengan ukhuwah Islamiyah atau kesetiakawanan sosial haruslah menjadi agenda utama.  Amar makruf dan Nahyi Munkar sebagai bagian esensial dakwah perlu ditampilkan secara ramah dan menyejukkan.
Dengan demikian, esensi dari diturunkannya Islam melalui pengutusan Rasulullah Saw. untuk menciptakan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin) bukan berhenti pada slogan.  Ia haruslah terwujud dalam kenyataan.   Dengan kemasan dakwah seperti itu, berbagai problema yang timbul di tengah masyarakat dapat diatasi dengan pendekatan persuasif dan penuh kedamaian.
Kelima, di atas semuanya itu, dakwah juga harus berbicara tentang tema memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.  Kesadaran akan eksistensi  Negara Kesatuan Republik Indonesia harus selalu disegar-bugarkan, harus ditumbuh-suburkan secara terus menerus.  Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa peletak dasar dari berdirinya Republik ini pada hakekatnya berdiri di atas kesadaran tersebut. Pendekatan dakwah dalam pemberdayaan
        Pendekatan proses, proses perencanaan dakwah dimulai dari menentukan siapa dainya, siapa sasarannya, apa metodenya, apa materinya, bagaimana hasilnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.
        Pendekatan system, komponen dakwah selain unsur dakwah juga konponen di luar yaitu ideologi/faham, alat dakwah, dan kebudayaan.
        Pendekatan teknologis, pemanfaatan perkembangan alat teknologi.
        Pendekatan ekonomis, melalui penciptaan lapangan kerja.
        Pendekatan evaluatif , menilai kegiatan yang sudah dilakukan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Dakwah adalah ajakan atau seruan untuk menciptakan suasana damai dan tenteram serta penuh kesejukan dan mampu membawa perubahan dalam mengamalkan ajaran serta nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata.
2.      Strategi  Pemberdayaan ummat adalah cara atau siasat pengembangan kemampuan masyarakat sehingga dapat menyelesaikan masalah dan dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3.      Dalam melakukan proses pemberdayaan umat melalui dakwah Islam ada lima langkah issue dakwah:
a.       Materi dakwah sebagai ajakan atau seruan kepada Islam dan petunjuk Allah harus dikemas secara sistemik dalam pemahaman setiap individu dan masyarakat muslim.
b.      Dakwah pada hakikatnya adalah proses yang menghidupkan atau yang memberdayakan, baik terhadap individu maupun masyarakat, maka harus ada upaya untuk melakukan itu.
c.       Merumuskan materi dakwah yang berkaitan dengan ajakan dan dorongan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah dan menggali potensi daerah sendiri untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat.
d.      Dakwah tampil dengan wajah sejuk dan damai dengan melalui penekanan peningkatan kualitas akhlak mulia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.
e.       dakwah juga harus berbicara tentang tema memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
4.      Pendekatan dakwah dalam pemberdayaan melalui:
        Pendekatan proses, proses perencanaan dakwah dimulai dari menentukan siapa dainya, siapa sasarannya, apa metodenya, apa materinya, bagaimana hasilnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.
        Pendekatan system, komponen dakwah selain unsur dakwah juga konponen di luar yaitu ideologi/faham, alat dakwah, dan kebudayaan.
        Pendekatan teknologis, pemanfaatan perkembangan alat teknologi.
        Pendekatan ekonomis, melalui penciptaan lapangan kerja.
        Pendekatan evaluatif , menilai kegiatan yang sudah dilakukan









DAFTAR PUSTAKA
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, 1982
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora
Utama Press, 2004) cet. Ke-2
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,     ( Jakarta :Lembaga Penerbut FE. UI, 2003)
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i Pengembangan Masyarakat Islam Dari Idiologi Sampai Tradisi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001)
Soetandyo Wingnyosoebroto, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi,  Pustaka Pesantren 2005



[1] Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qura’an: Studi Kritis Atas Visi, Misi dan Wawasan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, hal. 19
[2] Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i Pengembangan Masyarakat Islam Dari Idiologi Sampai Tradisi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001) hal.42
[3] Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora
Utama Press, 2004) cet. Ke-2, hal. 3
[4] Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas ( Jakarta : Lembaga Penerbut FE. UI, 2003) cet. Ke-1, hal.
197-198

1 komentar:

  1. Artikel yang bermanfaat tentang makalah dakwah yang sedang saya cari. Makasih dan salam kenal...

    BalasHapus