BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dimensi dakwah yang sering kali terabaikan oleh para
dai dan ulama adalah persoalan pengembangan masyarakat. Sekarang ini, umat
Islam telah berjumlah lebih dari satu miliar orang yang diharapkan akan terus
meningkat.
Banyak bagian dari dunia Muslim yang tertinggal secara
teknologi dan ekonomi. Mereka sangat menderita dalam memenuhi kebutuhannya
setiap hari dan sangat gagap terhadap perkembangan teknologi. Akibatnya,
komunikasi ilmu pengetahuan dan informasi agama Islam yang mestinya dengan
mudah bisa diakses, karena kedua kesulitan itulah, menjadikan mereka terus
terbelakang dan terus mengalami pembodohan.
Untuk menanggulangi hal itu, tentu saja dibutuhkan
kerja sama untuk mengentaskan kemiskinan dan melakukan pemberdayaan terhadap
mereka yang terbelakang. Hal itu bisa berwujud dalam bentuk pendidikan
keterampilan, pembukaan lapangan kerja, penanggulangan pemakaian obat-obat
terlarang, atau pelatihan teknologi tepat guna.
Agenda itu mesti segera dijalankan dengan kerja sama
antara organisasi Islam dan pemerintah atau lembaga lain. Sebab, pada dasarnya,
tujuan dakwah adalah untuk menyejahterakan umat manusia di muka bumi dan
akhirat nanti. Bila keadaan mereka terus merasa tertekan, kesusahan, dan
mengalami pembodohan; bagaimana mungkin ibadah yang menekankan pada ketenangan
dan kekhusyukan dapat mereka jalankan?
Hal itulah yang seharusnya juga menjadi tantangan
dalam dakwah Islam. Para dai atau mubaligh hendaknya juga ada yang mendalami
persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Dalam analisis tentang
perubahan-perubahan kemasyarakatan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
adalah bentuk dakwah yang mesti dilakukan. Berdasarkan sebuah hadis Nabi SAW
dinyatakan, "Kefakiran dapat membawa ke kekufuran."
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dakwah?
2. Apa pengertian Strategi Pemberdayaan umat?
3. Bagaimana pendekatan dakwah dalam pemberdayaan umat?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dakwah
2. Mengetahui pengertian Strategi Pemberdayaan umat
3. Mengetahui pendekatan dakwah dalam pemberdayaan umat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dakwah
Dakwah, sebagaimana dipahami, adalah ajakan atau seruan untuk
menciptakan suasana damai dan tenteram serta penuh kesejukan dan mampu membawa
perubahan dalam mengamalkan ajaran serta nilai-nilai Islam dalam kehidupan
nyata.
Hal ini sangat relevan
dengan kondisi kita saat ini. Kondisi kerusuhan, mudah tersinggung, gampang
terprovokasi, haruslah diubah menjadi kondisi yang penuh dengan keramahan,
rendah hati, dan rahmatan lil ‘alamin.
Pengertian di atas
dikembangkan lebih lanjut oleh Ali Mahfudz, bahwasanya Dakwah itu adalah
mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruhkepada yang ma’ruf dan
mencegah berbuat yang munkar, agarmendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Asep
Muhidin, Dakwah adalah upaya kegiatan mengajak atau menyeru ummat manusia agar
berada di jalan Allah (sistem Islami) yang sesuai dengan fitrah dan
kehanifannya secara integral, baik melalui kegiatan lisan dan tulisan atau
kegiatan nalar dan perbuatan, sebagai upaya pengejawantahan nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran spiritual yang universal sesuai dengan dasar Islam[1]
Inti dakwah memang pada pengertiannya mengajak manusia untuk berbuat
kebajikan dan menghindari dari keburukan. Ajakan tersebut dilakukan dengan cara
yang lemah lembutdan menyejukkan, dengan tujuan tegaknya Agama Islam dan
berjalannya sistem Islam dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.
Dengan kata lain, Dakwah sebenarnya bertujuan untuk menghidupkan
atau memberdayakan, sehingga masyarakat memperoleh momentum untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan serta menimbulkan suasana yang kondusif bagi
tegaknya nilai-nilai Agama. Hal ini ditegaskan oleh llah SWT dalam Al Quran
surat al Anfal:24
يآيهاالذين امنوا استجيبوا لله و للرسول اذا دعاكم لما يحييكم
Artinya:” Wahai
orang yang beriman, perkenankanlah seruan Allah dan Rasul Nya, apabila ia
menyeru kamu kepada apa-apa yang menghidupkan (rohani dan jasmani) kamu”.
Dengan demikian, dakwah pada hakikatnya adalah panggilan Allah dan Rasul
Nya, panggilan yang membawa kepada upaya untuk menghidupkan, atau dengan kata
lain panggilan untuk memberdayakan.
B.
Pengertian Strategi Pemberdayaan Ummat
Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan dengan sedikit pengorbanan.
Pemberdayaan
ummat adalah pengembangan kemampuan masyarakat sehingga dapat menyelesaikan
masalah dan dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri.
Pengertian pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah
pengembangan (emvowerment) atau dapat pula di samakan dengan istilah
pembangunan (development).[2] Istilah pemberdayaan menurut Mc. Ardle
(1989) yang dikutip oleh Hery Hikmat, adalah sebagai proses pengambilan
keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan
tersebut.[3]
Dalam tinjauan historis
istilah pengembangan masyarakat diadopsi dari
bangsa Inggris dimana kantor pemerintah
kolonial Inggris mengeluarkan suatu memoranda yang
berisikan tentang cara untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat di daerah koloni
(bangsa Inggris), yang disebut dengan
nama
Pengembangan Masyarakat. Memoranda tersebut berisikan tiga kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 1944, yaitu
1). Peningkatan kondisi kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.
2). Peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat.
3). Pengembangan
institusi dan kekuatan politik.[4]
C. Pendekatan Dakwah dalam
Pemberdayaan ummat
Bila kita ingin
melakukan proses pemberdayaan umat melalui dakwah Islam, maka
sekurang-kurangnya ada lima langkah issue dakwah yang harus diambil, yaitu:
Pertama, materi
dakwah sebagai ajakan atau seruan kepada Islam dan petunjuk Allah harus dikemas
secara sistemik dalam pemahaman setiap individu dan masyarakat muslim.
Pemahaman sistemik ini dapat dibangun melalui penghayatan dan pengamalan ajaran
Islam secara holistik dan komprehensif dari berbagai aspek ajaran Islam yang
mencakup aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek mu'amalah.
Selama ini pemahaman tentang berbagai aspek ajaran Islam tersebut ditangkap
secara parsial dan terpilah-pilah, tidak utuh.
Secara
sistemik keempat dimensi ajaran tersebut seharusnya merupakan kesatuan dan
kebulatan utuh, yang terpisahkan hanya dalam tataran diskursus akademik, bukan
dalam tataran praktis. Oleh sebab itu, adalah suatu kezaliman bila
seseorang berbuat semata-mata hanya atas perimbangan halal dan haram dengan
mengabaikan sama sekali aspek al-husn (kebaikan) dan aspek al-qubh (keburukan),
atau menyingkirkan sama sekali sisi al-mahmudah(terpuji) dan al-mazmumah (tercela).
Adalah
suatu kenyataan bahwa tema-tema dakwah selama ini dikemas hanya dalam
pendekatan parsial, tidak menyeluruh dan tidak sistemik. Hal ini akan
berakibat timbulnya pemahaman keagamaan yang tidak mampu membangun kaitan dan
sinergi antara aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah. Aqidah umat memang
terlihat sudah bertauhid, tetapi akhlaknya belum mencerminkan akhlak
Islam. Ibadah umat memang sudah terlihat taat dan tertib, tetapi
mua'amalahnya belum mengindahkan prinsip-prinsip muamalah yang diajarkan oleh
Islam.
Kedua, karena
dakwah pada hakikatnya adalah proses yang menghidupkan atau yang memberdayakan,
baik terhadap individu maupun masyarakat, maka harus ada upaya untuk melakukan
itu. Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, dakwah harus ditujukan
kepada upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara bersama.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui upaya-upaya menumbuhkan kreatifitas
untuk meningkatkan taraf hidup, baik secara individu maupun keluarga, atau
secara bersama-sama.
Inilah yang
disebut dengan konsep dakwah bil hal, melalui pengembangan industri
kecil dan menengah, yang dalam pertumbuhan konkritnya ditunjukkan dengan
pengembangan Baitul Mal wat Tamwil di sentra-sentra kegiatan
pengajian dan majlis taklim. Di samping itu, juga melalui penumbuhan
gerakan menyimpan dan menabung secara massal, yang produktifitasnya ditujukan
untuk meningkatkan taraf hidup tersebut.
Ketiga, merumuskan
materi dakwah yang berkaitan dengan ajakan dan dorongan kepada masyarakat agar
berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah dan menggali potensi daerah
sendiri untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat daerah tersebut. Hal
ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di daerah,
di samping memperbesar potensi daerah tersebut untuk mengembangkan diri, yang
kemudian diharapkan bisa mengatasi problema yang selalu timbul dalam bentuk
kerentanan hubungan antar etnis, polemik pencuatan issu putera daerah, dan
sebagainya.
Peningkatan
kualitas SDM menjadi sangat strategis dikemas dalam tema-tema dakwah bila
dikaitkan dengan tentangan ke depan, di mana bangsa kita akan memasuki era
pasar bebas di kawasan ASEAN, yang waktunya tidak lama lagi akan kita masuki.
Keempat, dakwah
tampil dengan wajah sejuk dan damai dengan melalui penekanan peningkatan
kualitas akhlak mulia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara
esensial dakwah semestinya muncul dengan pendekatan mengajak, bukan menghakimi,
apalagi bernuansa provokatif. Tema-tema yang berkaitan dengan ukhuwah
Islamiyah atau kesetiakawanan sosial haruslah menjadi agenda utama. Amar
makruf dan Nahyi Munkar sebagai bagian esensial dakwah perlu ditampilkan secara
ramah dan menyejukkan.
Dengan
demikian, esensi dari diturunkannya Islam melalui pengutusan Rasulullah Saw.
untuk menciptakan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin) bukan
berhenti pada slogan. Ia haruslah terwujud dalam kenyataan.
Dengan kemasan dakwah seperti itu, berbagai problema yang timbul di tengah
masyarakat dapat diatasi dengan pendekatan persuasif dan penuh kedamaian.
Kelima, di
atas semuanya itu, dakwah juga harus berbicara tentang tema memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa. Kesadaran akan eksistensi Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus selalu disegar-bugarkan, harus
ditumbuh-suburkan secara terus menerus. Tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa peletak dasar dari berdirinya Republik ini pada hakekatnya berdiri di
atas kesadaran tersebut. Pendekatan
dakwah dalam pemberdayaan
•
Pendekatan
proses, proses perencanaan dakwah dimulai dari menentukan siapa dainya, siapa
sasarannya, apa metodenya, apa materinya, bagaimana hasilnya, dan bagaimana
cara mengevaluasinya.
•
Pendekatan
system, komponen dakwah selain unsur dakwah juga konponen di luar yaitu
ideologi/faham, alat dakwah, dan kebudayaan.
•
Pendekatan
teknologis, pemanfaatan perkembangan alat teknologi.
•
Pendekatan
ekonomis, melalui penciptaan lapangan kerja.
•
Pendekatan
evaluatif , menilai kegiatan yang sudah dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Dakwah adalah ajakan
atau seruan untuk menciptakan suasana damai dan tenteram serta penuh kesejukan
dan mampu membawa perubahan dalam mengamalkan ajaran serta nilai-nilai Islam
dalam kehidupan nyata.
2.
Strategi Pemberdayaan ummat adalah cara atau siasat pengembangan
kemampuan masyarakat sehingga dapat menyelesaikan masalah dan dapat mengambil
keputusan secara bebas dan mandiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3.
Dalam melakukan
proses pemberdayaan umat melalui dakwah Islam ada lima langkah issue dakwah:
a.
Materi
dakwah sebagai ajakan atau seruan kepada Islam dan petunjuk Allah harus dikemas
secara sistemik dalam pemahaman setiap individu dan masyarakat muslim.
b.
Dakwah pada
hakikatnya adalah proses yang menghidupkan atau yang memberdayakan, baik
terhadap individu maupun masyarakat, maka harus ada upaya untuk melakukan itu.
c.
Merumuskan
materi dakwah yang berkaitan dengan ajakan dan dorongan kepada masyarakat agar
berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah dan menggali potensi daerah
sendiri untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat.
d.
Dakwah
tampil dengan wajah sejuk dan damai dengan melalui penekanan peningkatan
kualitas akhlak mulia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.
e.
dakwah juga
harus berbicara tentang tema memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Pendekatan dakwah dalam pemberdayaan melalui:
•
Pendekatan
proses, proses perencanaan dakwah dimulai dari menentukan siapa dainya, siapa
sasarannya, apa metodenya, apa materinya, bagaimana hasilnya, dan bagaimana
cara mengevaluasinya.
•
Pendekatan
system, komponen dakwah selain unsur dakwah juga konponen di luar yaitu
ideologi/faham, alat dakwah, dan kebudayaan.
•
Pendekatan
teknologis, pemanfaatan perkembangan alat teknologi.
•
Pendekatan
ekonomis, melalui penciptaan lapangan kerja.
•
Pendekatan
evaluatif , menilai kegiatan yang sudah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, 1982
Harry Hikmat,
Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora
Utama Press, 2004) cet. Ke-2
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
( Jakarta
:Lembaga Penerbut FE. UI, 2003)
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan
Masyarakat Islam Dari Idiologi Sampai
Tradisi, ( Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2001)
Soetandyo Wingnyosoebroto, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma
Aksi Metodologi, Pustaka Pesantren
2005
[1] Asep Muhidin, Dakwah
Dalam Perspektif Al-Qura’an: Studi Kritis Atas Visi, Misi dan Wawasan, Bandung:
Pustaka Setia, 2002, hal. 19
[2]
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan
Masyarakat Islam Dari Idiologi Sampai
Tradisi, ( Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2001) hal.42
[3] Harry Hikmat,
Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung : Humaniora
Utama Press, 2004) cet. Ke-2, hal. 3
[4] Isbandi Rukminto
Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, ( Jakarta : Lembaga Penerbut
FE. UI, 2003) cet. Ke-1, hal.
197-198
Artikel yang bermanfaat tentang makalah dakwah yang sedang saya cari. Makasih dan salam kenal...
BalasHapus