Sabtu, 02 Juni 2012

BEBERAPA FAKTA SEJARAH KELAHIRAN NABI SAW



Data-data sejarah hidup Nabi Muhammad saw. sebelum menjadi Rasul menunjuk beberapa unsur, sebagai berikut:

Pertama
Beliau dilahirkan dan keluarga termulia di kalangan bangsa Arab. Dengan demikian Nabi Muhammad Saw. itu adalah orang yang paling mulia pula di kalangan suku Quraisy, keturunan anak cucu bani Hisyam. Suku Quraisy adalah kabilah Arab yang terhormat. Dalam hubungan ini kita jumpai sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Ra.:

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, lalu Ia jadikan aku sebagai orang yang paling baik, kelornpokku dijadikan sebaik-baik kelompok dan sebaik ­baik anggota kelompok tersebut. Kermudian Allah rnenyeleksi kabilah-kabüah yang ada, lalu Ia menjadikanku orang yang paling baik dari semuanya. Kemudian Ia menyeleksi semua keluarga dan rumah tanggaku adalah sebaik-baik rumah tangga.”

Karena mulianya martabat nenek moyang Nabi di tengah-tengah suku bangsa Quraisy, mereka tidak pernah menganggap Nabi sebagai orang asing, sekalipun dalam hal lain seringkali mereka itu tidak mengakuinya, tidak merasa memilikinya. Hal yang pertama itu terjadi karena memang garis keturunan Nabi jelas sekali adanya.

Kedua
Beliau adalah anak yatim piatu. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, telah wafat ketika ia baru di kandungan ibunya dua bulan. Pada usia enam tahun wafat pula ibunya. Dengan demikian sejak kecil Nabi telah merasakan kepahitan hidup tanpa kasih sayang ibu bapak. Selanjutnya beliau dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang wafat sewaktu Nabi baru berusia delapan tahun. Seterus-nya beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga dewasa. Fakta ini juga ditunjuk oleh Al-Qur’an dalam surat Ad-Dhuha, ayat 6.

Ketiga
Selama empat tahun dalam masa kanak-kanak­nya beliau hidup di daerah padang pasir, dalam asuhan keluarga Bani Saad. Dengan alam seperti itu, Nabi menjadi bertubuh kuat, berstamina tinggi, berlidah fasih, berpikiran cerdas, dan sudah mahir mengendarai kuda.

Keempat
Sejak kanak-kanaknya beliau dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki bakat untuk cerdik pandai, hal mana membuat semua orang yang meli­hatnya merasa sayang kepadanya. Kakeknya selalu tidak memperkenankan paman-paman Nabi untuk duduk di tempat duduknya. Tetapi kalau Nabi yang duduk di situ, maka sang kakek tidak pernah mengu­sir atau memarahinya. Jika ada pamannya yang mengusirnya, maka sang kakek itu sendiri yang membelanya dengan kata-kata: “Biarkanlah cucuku itu duduk di sana, sebab ia memiliki sesuatu yang agung.”

Kelima
Dalam usia beranjak remaja beliau menjadi peng­gembala kambing kepunyaan penduduk Makkah dengan mendapat upah. Beliau bersabda
“Tidak seorang pun dart Nabi-nabi yang diutus Allah Swt. itu yang tidak pernah menjadi penggembala kambing. Apakah Rasulullah juga demikian ? tanya sahabat­sahabatnya. Tak terkecuali aku, jawab Nabi.”

Dalam usia dua puluh lima tahun beliau mem­bantu Khadijah menjalankan usahanya sebagai pedagang.

Keenam
Beliau tidak pernah mengikuti teman-teman sepermainannya dalam permainan-permainan yang tidak berguna. Rupanya dia memang dipelihara oleh Allah untuk tidak bermain yang sia-sia. Buku-buku yang memuat sejarah hidupnya banyak yang memu­at cerita tentang ini. Misalnya cerita yang mengata­kan,
a.           sewaktu berusia remaja beliau pernah tertarik mendengar sebuah nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang biduan dalam suatu pesta perkawinan. Karena merdunya nyanyian itu, tinibullah keingmnan­nya untuk menyaksikan dan dekat pesta tersebut. Akan tetapi Allah menghalanginya dengan mem­berikan rasa kantuk yang tak tertahankan, sehingga Nabi Saw. tertidur pulas dan baru terjaga ketika pagi hari tiba.
b.           Beliau tidak pemah mengikuti orang­orang melakukan penyembahan berhala.
c.           tidak pernah ikut memakan sesajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala
d.           tidak pernah pula meminum khamr dan main judi.
e.           Beliau tidak suka berkata keji atau mencaci-maki

Ketujuh
Sejak berusia baligh beliau dikenal sebagai anak yang pintar serta mempunyai daya pikir yang demikian tajam. Hal mi terbukti dalam peristiwa Hajar Aswad. Tembok-tembok Ka’bah rusak karena bencana alam. Untuk itu penduduk kota ,Makkah sepakat memperbaiki. Semua pekerjaan perbaikan itu pada mulanya berjalan lancar, tetapi ketika akan memasang Hajar Aswad timbullah perselisihan sekitar siapa yang berhak melakukannya. Karena setiap kabilah merasa dia yang paling berhak, maka me­muncaklah pertikaian itu dan hampir menimbulkan pertumpahan darah, pada akhirnya mereka berhasil mencapal kesepakatan, yang diberi hak untuk melakukan pemasangan Hajar Aswad ialah orang yang paling duluan memasuki Ka’bah besok harinya. Dan ternyata orang yang dimaksud adalah Muhammad Saw. Oleh karena beliau paling duluan memasuki Ka’bah dari pintu Bani Syaibah, maka semua orang menyatakan setuju dan rela menerima semua kebijaksanaan yang akan diambil oleh Nabi. Ditaruhnya Batu Hitam itu di atas selendangnya yang sengaja dibentangkan, lalu dimintanya setiap kepala kabilah memegang sudut selendang dan kemudian mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai di tempat di mana Ha/ar Aswad akan dipasang, beliau pun segera mengangkat dan memasangnya di tempat yang sudah disediakan. Semua orang merasa puas dengan tindakan yang bijaksana itu dan sekaligus terhindar pertumpahan darah yang tak diinginkan.
Kedelapan
Sejak berusia muda beliau sudah dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat jujur, supel, tepat janji, berkepribadian dan menyenangkan dalam pergaulan. Itulah sebabnya Khadijah mempercayai­nya untuk ikut memperdagangkan barang-barang jualannya ke kota Basrah bersama-sama dengan kafilah lainnya yang biasa berangkat sekali setahun. Gaji yang diberikan Khadijah kepadanya adalah dua kali lipat gaji kebanyakan orang dan ini ditingkat­kannya lagi. Setelah mendengar cerita Maisarah 2~ tentang kepercayaan dari kepolosan Nabi Saw. dan setelah melihat banyak keuntungan yang diraih sebagai hasil perdagangan Nabi tersebut, bahkan lebih dan itu Khadijah pun lalu berminat dan menyatakan sudi menjadi isteri Nabi. Ternyata Nabi juga menerima pernyataan tersebut, lalu menikahi­nya dalam perbedaan usia tak kurang dan lima belas tahun. Apa yang diucapkan oleh Khadijah kepada Nabi, ketika beliau kedatangan wahyu pertama cukup membuktikan bagaimana baiknya penilaian orang-orang terhadap akhlak Nabi, selagi belum diangkat menjadi Rasul. Ucapan Khadijah itu adalah sebagai berikut:
Sekali-kali janganlah engkau merasa takut. Demi Allah engkau tidak akan dihina-Nya selama-lamanya. Bukankah engkau selalu menjaga tali kasih-sayang (silaturrahmi) dengan sesama, selalu membela orang yang lemah, membantu orang yang kesusahan, menghormati tetanggamu dan selalu membela kebenaran .“

Kesembilan
Beliau pernah melakukan dua perjaIanan keluar kota Makkah. Yang pertama dilakukannya bersama ­sama dengan pamannya, Abu Thalib, sewaktu berusia dua belas tahun. Yang kedua sewaktu berusia dua puluh lima tahun, yaitu ketika memperdagang­kan barang Khadijah. Kedua perjalanan ini menuju ke kota Basrah di Syam. Dalam perjalanan itu. beliau banyak mengenali dunia pedagang, menyaksikan peninggalan-peninggalan yang masih terdapat di daerah-daerah yang dilewati dan meithat langsung adat dan tradisi yang dipakai oleh penduduk negeri-­negeri tersebut.

Kesepuluh
Beberapa tahun sebelum menjadi Rasul, beliau dijadikan Tuhan sangat suka menyepi di Gua Hira’, tak jauh dan kota Makkah, yang terletak di sebuah bukit dibagian timur laut kota itu. Di sanalah beliau selama satu bulan merenungi kebesaran-kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Itulah kerjanya selama beberapa hari, di bulan Ramadhan, hingga turun wahyu pertama sebagai permulaan pewahyuan Al­Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar