Data-data
sejarah hidup Nabi Muhammad saw. sebelum menjadi Rasul menunjuk beberapa unsur,
sebagai berikut:
Pertama
Beliau
dilahirkan dan keluarga termulia di kalangan bangsa Arab. Dengan demikian Nabi
Muhammad Saw. itu adalah orang yang paling mulia pula di kalangan suku Quraisy,
keturunan anak cucu bani Hisyam. Suku Quraisy adalah kabilah Arab yang
terhormat. Dalam hubungan ini kita jumpai sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas Ra.:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, lalu Ia jadikan aku sebagai
orang yang paling baik, kelornpokku dijadikan sebaik-baik kelompok dan sebaik baik
anggota kelompok tersebut. Kermudian Allah rnenyeleksi kabilah-kabüah yang ada,
lalu Ia menjadikanku orang yang paling baik dari semuanya. Kemudian Ia
menyeleksi semua keluarga dan rumah tanggaku adalah sebaik-baik rumah tangga.”
Karena
mulianya martabat nenek moyang Nabi di tengah-tengah suku bangsa Quraisy,
mereka tidak pernah menganggap Nabi sebagai orang asing, sekalipun dalam hal
lain seringkali mereka itu tidak mengakuinya, tidak merasa memilikinya. Hal
yang pertama itu terjadi karena memang garis keturunan Nabi jelas sekali
adanya.
Kedua
Beliau
adalah anak yatim piatu. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, telah wafat
ketika ia baru di kandungan ibunya dua bulan. Pada usia enam tahun wafat pula
ibunya. Dengan demikian sejak kecil Nabi telah merasakan kepahitan hidup tanpa
kasih sayang ibu bapak. Selanjutnya beliau dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib,
yang wafat sewaktu Nabi baru berusia delapan tahun. Seterus-nya beliau diasuh
oleh pamannya, Abu Thalib, hingga dewasa. Fakta ini juga ditunjuk oleh
Al-Qur’an dalam surat Ad-Dhuha, ayat 6.
Ketiga
Selama
empat tahun dalam masa kanak-kanaknya beliau hidup di daerah padang pasir,
dalam asuhan keluarga Bani Saad. Dengan alam seperti itu, Nabi menjadi bertubuh
kuat, berstamina tinggi, berlidah fasih, berpikiran cerdas, dan sudah mahir
mengendarai kuda.
Keempat
Sejak
kanak-kanaknya beliau dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki bakat untuk
cerdik pandai, hal mana membuat semua orang yang melihatnya merasa sayang
kepadanya. Kakeknya selalu tidak memperkenankan paman-paman Nabi untuk duduk di
tempat duduknya. Tetapi kalau Nabi yang duduk di situ, maka sang kakek tidak
pernah mengusir atau memarahinya. Jika ada pamannya yang mengusirnya, maka
sang kakek itu sendiri yang membelanya dengan kata-kata: “Biarkanlah cucuku
itu duduk di sana, sebab ia memiliki sesuatu yang agung.”
Kelima
Dalam
usia beranjak remaja beliau menjadi penggembala kambing kepunyaan penduduk
Makkah dengan mendapat upah. Beliau bersabda
“Tidak seorang pun dart Nabi-nabi yang diutus Allah Swt. itu yang tidak
pernah menjadi penggembala kambing. Apakah Rasulullah juga demikian ? tanya sahabatsahabatnya.
Tak terkecuali aku, jawab Nabi.”
Dalam usia dua
puluh lima tahun beliau membantu Khadijah menjalankan usahanya sebagai
pedagang.
Keenam
Beliau
tidak pernah mengikuti teman-teman sepermainannya dalam permainan-permainan
yang tidak berguna. Rupanya dia memang dipelihara oleh Allah untuk tidak
bermain yang sia-sia. Buku-buku yang memuat sejarah hidupnya banyak yang memuat
cerita tentang ini. Misalnya cerita yang mengatakan,
a.
sewaktu berusia remaja beliau pernah
tertarik mendengar sebuah nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang biduan dalam
suatu pesta perkawinan. Karena merdunya nyanyian itu, tinibullah keingmnannya
untuk menyaksikan dan dekat pesta tersebut. Akan tetapi Allah menghalanginya
dengan memberikan rasa kantuk yang tak tertahankan, sehingga Nabi Saw.
tertidur pulas dan baru terjaga ketika pagi hari tiba.
b.
Beliau tidak pemah mengikuti orangorang
melakukan penyembahan berhala.
c.
tidak pernah ikut memakan sesajian
yang diperuntukkan bagi berhala-berhala
d.
tidak pernah pula meminum khamr dan
main judi.
e.
Beliau tidak suka
berkata keji atau mencaci-maki
Ketujuh
Sejak
berusia baligh beliau dikenal sebagai anak yang pintar serta mempunyai daya
pikir yang demikian tajam. Hal mi terbukti dalam peristiwa Hajar Aswad. Tembok-tembok
Ka’bah rusak karena bencana alam. Untuk itu penduduk kota ,Makkah sepakat
memperbaiki. Semua pekerjaan perbaikan itu pada mulanya berjalan lancar, tetapi
ketika akan memasang Hajar Aswad timbullah perselisihan sekitar siapa
yang berhak melakukannya. Karena setiap kabilah merasa dia yang paling berhak,
maka memuncaklah pertikaian itu dan hampir menimbulkan pertumpahan darah, pada
akhirnya mereka berhasil mencapal kesepakatan, yang diberi hak untuk melakukan
pemasangan Hajar Aswad ialah orang yang paling duluan memasuki Ka’bah
besok harinya. Dan ternyata orang yang dimaksud adalah Muhammad Saw. Oleh
karena beliau paling duluan memasuki Ka’bah dari pintu Bani Syaibah, maka
semua orang menyatakan setuju dan rela menerima semua kebijaksanaan yang akan
diambil oleh Nabi. Ditaruhnya Batu Hitam itu di atas selendangnya yang
sengaja dibentangkan, lalu dimintanya setiap kepala kabilah memegang sudut
selendang dan kemudian mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai di tempat di
mana Ha/ar Aswad akan dipasang, beliau pun segera mengangkat dan
memasangnya di tempat yang sudah disediakan. Semua orang merasa puas dengan
tindakan yang bijaksana itu dan sekaligus terhindar pertumpahan darah yang tak
diinginkan.
Kedelapan
Sejak
berusia muda beliau sudah dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat
jujur, supel, tepat janji, berkepribadian dan menyenangkan dalam pergaulan. Itulah
sebabnya Khadijah mempercayainya untuk ikut memperdagangkan barang-barang
jualannya ke kota Basrah bersama-sama dengan kafilah lainnya yang biasa
berangkat sekali setahun. Gaji yang diberikan Khadijah kepadanya adalah dua
kali lipat gaji kebanyakan orang dan ini ditingkatkannya lagi. Setelah
mendengar cerita Maisarah 2~ tentang kepercayaan dari kepolosan Nabi Saw. dan
setelah melihat banyak keuntungan yang diraih sebagai hasil perdagangan Nabi
tersebut, bahkan lebih dan itu Khadijah pun lalu berminat dan menyatakan sudi
menjadi isteri Nabi. Ternyata Nabi juga menerima pernyataan tersebut, lalu
menikahinya dalam perbedaan usia tak kurang dan lima belas tahun. Apa yang
diucapkan oleh Khadijah kepada Nabi, ketika beliau kedatangan wahyu pertama
cukup membuktikan bagaimana baiknya penilaian orang-orang terhadap akhlak Nabi,
selagi belum diangkat menjadi Rasul. Ucapan Khadijah itu adalah sebagai
berikut:
Sekali-kali
janganlah engkau merasa takut. Demi Allah engkau tidak akan dihina-Nya
selama-lamanya. Bukankah engkau selalu menjaga tali kasih-sayang (silaturrahmi)
dengan sesama, selalu membela orang yang lemah, membantu orang yang kesusahan,
menghormati tetanggamu dan selalu membela kebenaran .“
Kesembilan
Beliau pernah
melakukan dua perjaIanan keluar kota Makkah. Yang pertama dilakukannya
bersama sama dengan pamannya, Abu Thalib, sewaktu berusia dua belas tahun.
Yang kedua sewaktu berusia dua puluh lima tahun, yaitu ketika memperdagangkan
barang Khadijah. Kedua perjalanan ini menuju ke kota Basrah di Syam. Dalam perjalanan
itu. beliau banyak mengenali dunia pedagang, menyaksikan
peninggalan-peninggalan yang masih terdapat di daerah-daerah yang dilewati dan
meithat langsung adat dan tradisi yang dipakai oleh penduduk negeri-negeri
tersebut.
Kesepuluh
Beberapa tahun
sebelum menjadi Rasul, beliau dijadikan Tuhan sangat suka menyepi di Gua Hira’,
tak jauh dan kota Makkah, yang terletak di sebuah bukit dibagian timur laut
kota itu. Di sanalah beliau selama satu bulan merenungi kebesaran-kebesaran dan
kekuasaan Allah Swt. Itulah kerjanya selama beberapa hari, di bulan Ramadhan,
hingga turun wahyu pertama sebagai permulaan pewahyuan AlQur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar